13.27

BELAJAR MENDENGAR

Firman Tuhan dalam 1 Raja-Raja 19:9-18, ada sebuah pertanyaan kepada Elia "Apakah kerjamu di sini, hai Elia?" Siapakah Elia? Surat Yakobus mengatakan bahwa Elia adalah manusia biasa, tetapi ketika ia berdoa untuk meminta hujan turun, maka hujan turun setelah 3,5 tahun tidak ada hujan di Israel. Elia sesungguhnya adalah seorang nabi Tuhan, yang telah membunuh nabi-nabi Baal. Namun setelah semuanya itu Elia lari ke gunung Horeb, masuk sebuah gua, dengan rasa putus asa, kelelahan dan takut, ketika itulah sebuah pertanyaan datang dari Tuhan (ay. 9). Kalau pertanyaan itu datang pada kita, ketika kita sedang lari dari masalah kehidupan ini, apa reaksi kita? Elia ketika itu berkata kepada Tuhan (ay. 10), "Aku bekerja segiat-giatnya bagi Tuhan ... hanya aku seorang diri yang masih hidup ..."

Elia telah menilai dirinya begitu tinggi dan hebat, merasa berjasa dalam pekerjaan Tuhan, dan ia merasa patut menerima yang baik dari Tuhan, ketika itu tidak terjadi ia menjadi kecewa. Sejauh ini Elia telah belajar menjadi taat, dan Tuhan melakukan banyak perkara yang besar, tetapi ia lupa bahwa semua itu adalah anugerah Tuhan semata. Kadang-kadang kita pun demikian, jika melihat apa yang kita dapatkan, maka kita merasa bahwa semuanya hasil dari usaha kita sendiri. Bukankah berkat, keberhasilan yang kita terima, seharusnya membuat kita berterima kasih kepada Tuhan, dan membuat hidup kita menjadi lebih sungguh-sungguh kepada Tuhan. Elia merasa sebagai satu-satunya nabi yang masih ada, padahal masih ada 7.000 lagi yang setia kepada Tuhan (ay. 18). Tuhan kemudian menyuruh Elia keluar dari persembunyiannya, ketika itu Tuhan berbicara kepadanya dalam angin sepoi-sepoi basah (ay. 12), Elia diberi tugas untuk mengurapi raja dan nabi. Kita adalah imamat yang rajani, seorang imam bersyafaat kepada Tuhan, dan seorang raja adalah memerintah, kita memiliki otoritas untuk memerintahkan kuasa kegelapan tunduk kepada Yesus, kemudian seorang nabi memiliki tugas untuk mendengar apa yang Tuhan katakan kepada umat-Nya. Angin sepoi-sepoi mendidik Elia dan juga kita untuk merendahkan diri kepada Tuhan, sebab orang yang merendahkan diri di hadapan Tuhan, akan ditinggikan pada waktu-Nya.

Seorang yang rendah hati adalah seorang yang mau mendengar, bahkan ketika perkataan itu disampaikan oleh orang-orang yang dianggap tidak berarti. Dalam Alkitab kita dapat melihat contoh orang-orang yang sederhana tetapi yang telah mengantar kehidupan orang lain menjadi begitu berarti dan memasuki kemuliaan:



1. 1 Samuel 9:6-26, seorang abdi Allah yang mendampingi Saul untuk mencari keledai yang hilang. Abdi itu memberi saran untuk Saul pergi kepada Samuel, dan hamba itu juga yang memberikan dari miliknya untuk dipersembahkan kepada nabi Samuel, maka dari situlah kehidupan Saul berubah, sampai ia naik ke tahta kerajaan Israel, tetapi nama hamba itu tidak pernah lagi disebut. Dalam hidup kita pasti ada orang-orang yang seperti hamba ini yang memberi sesuatu dari hidupnya, dan menjadikan kita sebagai manusia berarti, karena itu jangan sampai kita sombong dan merasa bahwa semua keberhasilan adalah semata-mata karena diri kita sendiri.

2. 1 Samuel 14:6-15, ketika bangsa Israel dalam ketakutan karena orang-orang Filistin, Yonatan dan bujangnya yang membawa senjata bersama sepakat untuk maju berperang, sampai akhirnya Tuhan memberikan kepada bangsa Israel kemenangan. Hamba dari Yonatan tidak memiliki pikiran yang takut atau negative, ketika mereka sepakat maka kemenangan menjadi bagian mereka. Bukankah Yesus mengajarkan kita agar berdoa sepakat maka apa yang kita minta akan diberikan, tidak peduli apakah ia seorang raja atau hamba, pemimpin atau orang biasa. Di dalam rumah tangga kita jika keadaan menjadi sulit, jangan bertengkar sebab hal itu tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi berdoalah dengan sepakat dan sehati, maka Tuhan akan membuka pintu bagi kita. Pengkhotbah berkata bahwa berdua lebih baik dari pada seorang diri, supaya mereka saling menguatkan, maka biarlah kita belajar untuk mendengarkan satu dengan yang lain.

3. 2 Raja-Raja 5:3-15, Naaman adalah seorang yang terhormat dan disegani, tetapi ia menderita kusta. Ketika ia mendengarkan bujangnya untuk pergi kepada nabi Elisa, agar nabi itu menyembuhkannya, Naaman masih harus mengalami ujian untuk rendah hati, sebab yang datang kepadanya dan menyampaikan perintah bagaimana ia akan disembuhkan adalah bujang Elisa. Maka Naaman menjadi marah karena merasa direndahkan, tetapi sekali lagi para hambanya memberi nasehat agar ia menurut saja kepada perintah itu, yaitu mandi di sungai Yordan, ia pun menerima mujizatnya.



Tahun 2005 ini menjadi "Tahun Penaklukan", ini bukanlah sebuah slogan, tetapi membutuhkan kerendahan hati untuk berani mendengar perkataan Tuhan lewat orang-orang yang biasa. Jika kita tinggal dalam kesombongan, maka kemarahan akan menguasai kita, sehingga akan banyak kusta dalam kehidupan rohani kita. Tuhan akan memulihkan sampai kita melakukan sikap rendah hati yang sempurna, seperti Naaman yang harus 7 kali masuk sungai Yordan yang kotor (sampai sempurna kerendahan hati kita). Kerendahan hati bukan di luar tapi dimulai dari dalam, supaya kita melihat bagaimana Tuhan bekerja. Mazmur 37:6-9 mengatakan supaya kita berhenti marah dan meninggalkan panas hati, Tuhan akan membawa kita pada proses dan waktu, untuk kita melihat Tuhan mengerjakan perkara-perkara yang besar dalam hidup kita. Belajarlah mendengarkan, milikilah sikap seorang hamba. Amin.