14.09

"Cerminan dari hatinya"

HAMBA TUHAN berambut gondrong sebenarnya pertama berbicara self confidence, artinya ada orang yang terkadang merasa percaya diri karena dia memelihara rambutnya sampai terlihat gondrong. Tapi ada juga orang yang tidak merasa percaya diri dengan rambut yang panjang tergerai.

Contohnya saya, kalau rambut saya sudah panjang sedikit saja, saya langsung merasa risih dan ingin cepat-cepat ke salon. Tapi ada juga orang yang merasa tidak percaya diri kalau rambutnya itu tidak panjang tergerai, yang mungkin disebabkan karena dari dulu dia sudah terbiasa seperti itu. Atau akibat pergaulannya bersama teman-teman yang memiliki rambut panjang.

Tetapi kalau kita berbicara mengenai hamba Tuhan yang berambut gondrong, ini semua kembali kepada pribadi masing-masing. Ketika dia naik ke atas panggung, dia tidak harus bergantung kepada rambutnya itu, tapi dia harus lebih bergantung kepada Tuhan yang akan lebih mengangkat dia. Atau mungkin dia berpikir dengan rambut gondrongnya dia akan terlihat lebih ganteng, keren, lebih muda dan bisa masuk ke dalam sebuah komunitas tertentu.

Yang kedua berbicara self control, yang artinya sebagai hamba Tuhan soal panjang atau tidaknya itu rambut, semua berpulang kepada bagaimana kita harus bisa menguasai diri. Sebagai seorang hamba Tuhan yang sudah terjun dalam dunia pelayanan ini kan beda tipis dengan dunia nyata, dalam arti kata akan ada gosip yang seringkali menerpa si hamba Tuhan. Sebab jangan hanya karena rambutnya gondrong dia jadi pembicaraan banyak jemaat. Meskipun ini tidak ada hubungannya dengan dosa atau tidak.

Sebab bisa saja ada gosip yang disebarkan bunyinya kok hamba Tuhan rambutnya gondrong. Dan sebagai hamba Tuhan tidak hanya dia harus bisa menguasai panggung tapi juga harus bisa menguasai diri, karena di atas panggung dia itu kan panutan bagi jemaat. Dan orang akan melihat dia dari segala sisi termasuk semua yang dia kenakan di tubuhnya. Bahkan mungkin rambutlah hal pertama yang dilihat jemaat. Yang ketiga berbicara self service yang artinya seharusnya dia bisa mengurus diri sendiri, karena inikan berbicara mengenai performance.

Meskipun banyak orang yang mengatakan bahwa urapan itu tidak tergantung dari panjang atau pendeknya rambut, atau ada juga yang mengatakan Yesus sendiri kan gondrong. Tapi apa kita pernah berjumpa dengan Yesus dan melihat sendiri bahwa rambutnya memang gondrong. Dan seandainya memang Yesus memelihara rambutnya, itu karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat itu yang tidak adanya salon, atau kebiasaan memanjangkan rambut atau mungkin sudah menjadi adat istiadat dan berbagai alasan lainnya.

Kalau menurut saya memanjangkan rambut itu tidak apa-apa yang penting pantes dengan wajahnya. Kembali kepada ketiga hal tadi, tidak menjadi masalah apakah rambutnya gondrong atau kepalanya botak, yang penting dia percaya diri dengan hal itu. Dan kedua, dia itu harus sadar bahwa dirinya sudah milik publik, dan ketiga dia harus bisa urus dirinya sendiri.

Selain itu hamba Tuhan yang berambut gondrong terlihat kurang macho (baca :jantan-red). Hubungannya dengan etika, kalau hamba Tuhan itu dalam pelayanannya berhubungan dengan musik, kayaknya dia berpenampilan seperti itu masih bisa diterima. Tapi kalau hamba Tuhan itu benar-benar hanya melayani pemberitaan firman saja, kayaknya dia sedang berada di satu titik yang siap untuk dikecam. Lain hal dengan luar negeri yang menghargai hak demokratis seseorang.

Hamba Tuhan yang memiliki rambut gondrong tentu tidak melanggar firman Tuhan, karena Tuhan itu kan melihat hati. Tapi jangan lupa juga bahwa tubuh kita ini kan bait Allah dan kita harus membersihkan dan merawatnya. Hamba Tuhan yang rambutnya pendek juga kalau rambutnya acak-acakan tidak akan enak dilihat.

Kita harus tahu bahwa penampilan seseorang itu merupakan cerminan dari hatinya. Firman Tuhan berkata jagalah hatimu dengan penuh kewaspadaan karena dari sanalah terpancar kehidupan. Intinya kalau rambut sudah kelihatan tidak pantas, ya segera potong saja supaya terlihat ganteng dan tidak malu-maluin. chris