05.17

TENTANG NAMA ISMAIL

Banyak orang salah paham tentang nama Ismail. Ada yang berkata, "Itu nama
Arab." atau "Itu julukan jelek, yaitu keledai liar."

Salah paham itu pertama-tama disebabkan karena orang mengira bahwa yang bernama
Ismail dalam Alkitab hanyalah satu orang yaitu anak Abraham dan Hagar. Padahal
dalam Alkitab ada banyak orang lain yang bernama Ismail. Ini beberapa
contohnya. Pertama, ayah seorang hakim yang memenuhi kualifikasi "takut akan
Tuhan, setia dan tulus hati" di Yerusalem (lihat 2 Taw 19:8-11). Kedua, seorang
pemimpin pasukan Yehuda (lihat 2 Taw 23:1). Ketiga, seorang imam yang turut
membangun Bait Allah (lihat Ezra 10:22). Keempat, seorang perwira tinggi (lihat
Yer.40:7 s/d 4:16).

Memang benar yang lebih dikenal adalah Ismail anak Abraham dan Hagar. Namun
tentang ini pun ada banyak salah paham.

Ada yang menafsirkan bahwa Ismail anak Hagar tidak meneruskan garis keturunan
Abraham. Padahal eksegese teks asli Kejadian 21:12-13 menunjukkan garis ganda
keturunan. Eerdman's Dictionary of the Bible menegaskan (terj.), "Meskipun
Abraham mempunyai banyak putra lain, namun hanya Ismail dan Ishak yang mendapat
keistimewaan sebutan putra."

Selanjutnya, ada yang menafsirkan Ishak dan Ismail kemudian menjadi seteru.
Anggapan itu keliru, sebab kedua saudara itu sama-sama memakamkan ayah mereka
(lihat Kej.25:9). Dalam budaya Yahudi itu merupakan tanda keakraban saudara
kandung. Juga keturunan mereka tidak berseteru. Seorang keturunan Ismail
menjadi panglima pasukan Daud (lihat 2 Sam.17:25), seorang lagi menjadi kepala
pengawas unta-unta keluarga raja Daud (lihat 1 Taw.27:30).

Ada pula salah tafsir atas ungkapan "keledai liar", "tangan melawan" serta
"menentang" di Kej.16:12; Padahal dalam budaya Yahudi itu merupakan pujian atas
sifat tangguh.

Sejarah Yahudi menunjukkan bahwa keturunan Ismail pada umumnya diterima baik
sebagai bagian anak bangsa. Namnun ada saja orang berprasangka. Ada orang
Yahudi yang menganggap Sarah danIshak sebagai lambang kebebasan anugrah,
sedangkan Hagar dan Ismail sebagai lambang perbudakan dosa. Ketika mengecam
Gereja Kristen Yahudi di Galatia yang kembali menjalankan Taurat, Rasul Paulus
terpengaruh oleh lambang itu dan mengibaratkan mereka sebagai Ismail yang
"hidup menurut daging" sedangkan Gerjea Kristen Yahudi yang menginggalkan
Taurat disebut sebagai Ishak yang "hidup menurut roh" (lihat Gal.2:15 s/d 5:26).

Dua puluh abad kemudian prasangka itu dibesar-besarkan dengan menyebarkan
anggapan bahwa Ishak dan Ismail adalah seteru, bahwa keturunan Ishak adalah
bangsa Yahudi yang beragama Yahudi sedangkan keturunan Ismail adalah bangsa
Arab yang beragama Islam, dengan kesimpulan bahwa kedua bangsa dan agama itu
adalah seteru. Anggapan itu samasekali tidak punya dasar historis.

Para pengarang Kejadian secara eksplisit menghargai Ismail dalam sejarah
Yahudi, dengan mencatat bahwa Ismail disunat bersamaan dengan Abraham (lihat
Kej.17:26). Budaya Yahudi menilai putra yang disunat bersamaan dengan ayahnya
sebagai putra utama. Pengarang juga mencatat bahwa janji berkat Allah berlaku
atas Ismail (lihat Kej.21:3) lalu menyimpulkan pasal itu dengan ungkapan "Allah
menertai anak ini" (Kej.21:20). Tetapi banyak orang kurang mengerti dan
menganggap Ismail sebagai "warganegara kelas dua".

Lalu mengapa saya mengganti nama menjadi Ismail? Ini penjeleasannya.

Setiba di Wisma Sending Oegstgeest setelah mengurus penggantian nama di KBRI
Den Haag, seorang mantan guru saya yang pernah menjadi sendeling puluhan tahun
di Indonesia berkomentar," Saya mengerti. Orang Tionghoa di Indonesia
diperlakukan seperti Ismail, seperti warganegara kelas dua. Padahal saya tahu
banyak orang Tionghoa berjasa untuk masyarakat. Ismail juga anak bangsa Allah
dan janji Allah berlaku atas dia. Tapi prasangka itu, ya saya lihat sendiri
diskriminasi itu."

Ternyata sendeling itu bisa membaca pikiran saya. Memang itulah latar belakang
mengapa saya memilih nama Ismail. Nama itu saya pilih sebagai tangis dan teriak
atas diskriminasi.

Kemudian sendeling tua itu berkata lagi, "Nama Ismail punya arti yang dalam.
Yishmael, Allah mendengarkan. Yishmael, Allah sedang mendengarkan ..."