19.09

“WANITA YANG PERCAYA AKAN MUKJIZAT”

Ratusan orang telah disembuhkan hanya dengan duduk diam di tengah hadirin tanpa ada demonstrasi apa pun. Sama sekali tidak ada. Bahkan seringkali bahkan tidak ada khotbah yang disampaikan.

Tidak ada demonstrasi yang hingar bingar, tidak ada seruan kepada Tuhan dengan suara nyaring seakan-akan Dia tuli. Tidak ada jeritan, teriakan, dalam keheningan yang sedemikian, dalam hadirat-Nya. Ratusan kali terjadi ketika hadirat Allah begitu nyata sehingga orang hampir bisa mendengar irama detak jantung ribuan orang itu menyatu.

Di tengah keheningan ini sebuah suara berkata, “Saya-ah … percayaaaaaaaa-akaan-ah muuuuuuukjizaat-ah!” Tiba-tiba tepuk tangan bergemuruh saat ribuan orang menyaksikan satu sosok tubuh tinggi dan langsing muncul dari kegelapan dengan kain putih berbusa. Dia meluncur ke panggung di tengah dan kemudian dimulailah kebaktian mukjizat Kathryn Kuhlman.

Dalam pelayanan internasionalnya, Nona Kuhlman meletakkan dasar bagi pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan ribuan orang yang tak terhitung banyaknya di seluruh penjuru dunia. Pelayanannya yang unik itu mengalihkan fokus tubuh Kristus, dari penampilan luar karunia-karunia adikodrati oleh Roh Kudus menjadi kembali pada pemberi karunia-karunia itu, yakni Roh Kudus.

Sifat nubuatan dalam pelayanannya memberikan teladan bagi gereja macam apa di masa mendatang. Pelayanannya sungguh menjadi pelopor gereja di masa mendatang.

Meskipun dia menyebut dirinya sebagai “orang biasa”, Kathryn Kuhlman adalah orang yang unik. Banyak orang yang telah mencoba meniru suara dan gayanya yang dramatis, namun tidak berhasil. Yang lain berusaha mengganti urapan khusus yang ada di dalam dirinya menjadi teknik dan metode, namun mereka gagal.

Saya bersyukur kepada Tuhan atas Kathryn Kuhlman. Dia adalah teladan yang tidak kenal takut membayar harga untuk berjalan dalam pelayanan Tuhan. Saya berterima kasih atas semua pelajaran yang telah saya petik melalui kehidupannya. Dan dalam bab ini saya ingin membagikan sebagian pelajaran itu kepada Anda, banyak di antaranya adalah dalam kata-katanya sendiri.

RAMBUT MERAH DAN BINTIK-BINTIK
Concordia, Missouri, dihuni oleh para imigran dari Jerman yang mulai berdatangan pada akhir tahun 1830-an. Ibu Kathryn Kuhlman, Emma Walkenhorst, menikah dengan Joseph Kuhlman pada tahun 1891. Menurut catatan sekolahnya, Kathryn Kuhlman lahir pada tanggal 9 Mei 1907, di tanah pertanian keluarga kira-kira lima mil dari Concordia. Kathryn berasal dari nama kedua neneknya. Dia tidak pernah memiliki akte kelahiran karena memang tidak diperlukan menurut hukum Missouri sampai tahun 1910.

Ketika Kathryn berusia dua tahun, ayahnya menjual tanah pertanian seluas 160 acre milik mereka dan membangun sebuah rumah berukuran besar di kota. Inilah rumah yang selalu disebuh “rumah” oleh Kathryn.

Sahabat masa kecilnya menggambarkan Kathryn muda ini memiliki: “… Perawakan yang besar, berambut merah dan wajahnya berbintik-bintik. Kathryn tidak dapat dikatakan cantik. Dia tidak tampak lembut dan sama sekali tidak memiliki sifat kewanitaan. Dia lebih tinggi daripada anggota “geng kami” lainnya (lima koma delapan kaki), perawakannya gagah seperti anak laki-laki, dan langkahnya yang panjang-panjang selalu membuat kami semua terengah-engah mengimbangi langkahnya.”

Sewaktu remaja, Kathryn juga dikenal karena “kemandirian, kepercayaan diri dan kerinduan untuk melakukan segala sesuatu menurut caranya.” Dia bisa memutarbalikkan “papa”nya hanya dengan jari mungilnya dan mendapatkan hampir semua keinginannya dari beliau.





Sewaktu remaja, Kathryn juga dikenal karena “kemandirian, kepercayaan diri dan kerinduannya untuk melakukan segala sesuatu dengan caranya sendiri. Dia bisa memutarbalikkan “papa” nya dengan jari mungilnya dan mendapatkan hampir semua keinginannya dari beliau. Menurut Kathryn, kedisiplinan selalu diserahkan kepada ibunya, seorang wanita yang kasar dan tidak pernah memuji Kathryn atau memberinya kasih sayang. Namun Kathryn sama sekali tidak pernah merasa tidak dicintai atau tidak diinginkan. Papanya memberinya seluruh keinginan dan kasih sayang yang selalu dibutuhkannya. Sebenarnya, dia begitu memuja papanya bahkan setelah tiga puluh tahun beliau meninggal, air mata selalu membasahi pipinya setiap dia membicarakan sang papa.

Pernah ketika Kathryn kurang lebih berusia sembilan tahun, dia ingin melakukan sesuatu yang menyenangkan bagi ulang tahun ibunya. Maka dia memutuskan akan memberi ibunya pesta ulang tahun kejutan.

Kathryn mengira ulang tahun ibunya jatuh pada hari Senin. Maka dia mengundang seluruh tetangganya dan memberi tahu mereka semua agar datang dengan membawa kue.

Dalam keluarga Kathryn, Senin adalah hari mencuci. Kecuali hari Senin, Emma Kuhlman selalu mengenakan baju yang terbaik dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tidak seorang pun tahu kapan seorang tamu secara tak terduga akan singgah, dan dia sangat khawatir kalau ada orang yang melihatnya dalam keadaan sangat tidak rapi.

Tibalah hari Senin dan Emma Kuhlam berpakaian khusus untuk hari mencuci itu. Ketika dia bekerja menggunakan bak cuci dengan air panas, rambutnya tergerai oleh keringat, bajunya basah dan kotor, dan tidak memakai alas kaki. Ada yang mengetuk pintu, dan ketika dia membukanya – di hadapannya berdirilah tetangga-tetangganya dengan pakaian mereka yang terbaik. Dan Emma berdiri di sana dengan penampilan yang benar-benar kuyu dan kelelahan karena hari mencuci itu! Harga dirinya jatuh, dan dia menyumpahi Kathryn sambil berbisik bahwa dia akan menanganinya nanti.

Dia benar-benar menanganinya! Sebenarnya, Emma Kuhlman menyuruh Kathryn berdiri dan memakan semua kue ulang tahun untuknya yang dibawa oleh para tetangganya!

Ayah Kathryn mengajari dia prinsip-prinsip bisnis. Kuhlam memiliki kandang kuda. Kathryn suka sekali pergi bersamanya ketika ayahnya mengambil tagihan dan di kemudian hari memujinya atas apa pun yang diketahuinya mengenai organisasi dan bisnis.

“PAPA! YESUS MASUK DALAM HATIKU!”
Kathryn berusia empat belas tahun ketika mengalami kelahiran baru. Sepanjang hidupnya, dia sering kali bercerita cara dia menjawab apa yang tampaknya merupakan desakan ilahi secara langsung dari Roh Kudus sendiri, bukan dari siapa pun. Dia lebih berasal dari latar belakang “beragama” dibandingkan rohani, jadi gereja-gereja yang pernah didatanginya tidak pernah mengadakan panggilan mimbar untuk menerima keselamatan. Mengenai hal ini, di kemudian hari Kathryn menulis:

“Saya sedang berdiri di samping Mama, dan jarum jam di gereja menunjukkan pukul dua belas kurang lima menit. Saya tidak bisa mengingat nama hamba Tuhan atau bahkan satu kata pun dari khotbahnya, tetapi sesuatu terjadi kepada diri saya. Hal itu begitu nyata bagi saya bahkan sampai detik ini – hal paling nyata yang pernah saya alami.

Ketika saya berdiri di sana, saya mulai bergetar sedemikian rupa sehingga tidak bisa lagi memegang buku nyanyian … maka saya meletakkannya di kursi … dan menangis. Saya merasa sangat (bersalah) dan sadar bahwa saya adalah orang berdosa. Saya merasa bagaikan orang yang paling hina dan rendah di seluruh dunia ini. Namun saya hanyalah seorang gadis berumur empat belas tahun.

… Saya melakukan satu-satunya hal yang saya mampu: Diam-diam berjalan menuju bangku depan dan duduk di pojok kursi itu sambil menangis. Oh, sungguh deras air mata saya!

… Saya telah menjadi orang paling bahagia di seluruh dunia. Beban yang berat itu telah terangkat. Saya mengalami sesuatu yang tidak pernah meninggalkan saya. Saya dilahirkan kembali, dan Roh Kudus telah melakukan sesuatu, sama seperti yang Yesus katakan bahwa Dia akan melakukannya (Yohanes 16:8).”

Ayah Kathryn sedang berdiri di dapur ketika dia berlari pulang dari gereja untuk menceritakan kabar baik itu kepadanya. Sudah menjadi kebiasaannya untuk menceritakan segala sesuatu kepada papanya.

Sambil bergegas menuju ayahnya, dia berkata, “Papa … Yesus baru saja masuk dalam hatiku.”

Tanpa perasaan apa-apa, ayahnya hanya mengatakan, “Papa ikut senang.”

Kathryn teringat betapa dia tidak pernah sungguh yakin apakah ayahnya memang benar-benar mengerti apa yang dimaksudkannya. Akhirnya, dia berjemaat bersama ayahnya di gereja Baptis daripada bersama ibunya di gereja Methodis. Tetapi kemudian dia memutuskan untuk memilih gerejanya sendiri.

Meskipun demikian, Kathryn tidak tahu bahwa ayahnya sangat membenci khotbah. Sebenarnya, Kathryn mengatakan bahwa ayahnya membenci pengkhotbah! Jika Joseph Kuhlamn melihat seorang pengkhotbah berjalan di jalanan, dia akan menyeberang ke sisi jalan yang berlawanan agar jangan sampai berbicara dengannya. Dia berpikir bahwa semua pengkhotbah “menjadi pengkhotbah hanya karena uang.” Dan dia hanya hadir di gereja pada hari raya atau pada kebaktian khusus sewaktu Kathryn menyampaikan pidato. Sejauh yang diketahui Kathryn, ayahnya tidak pernah berdoa atau membaca Alkitab.

PELUKAN PERTAMA MEREKA
Menurut Kathryn, menghadiri kebaktian sama pentingnya dengan pergi bekerja.

Menurut Kathryn, menghadiri kebaktian sama pentingnya dengan pergi bekerja. Pada mulanya dia berjemaat di gereja Methodis bersama ibunya. Di sanalah pada tahun 1921 dia mengalami kelahiran baru. Namun mulai tahun 1922, seluruh keluarganya menjadi jemaat di gereja Baptis. Meskipun dia berasal dari latar belakang gereja tertentu, pelayanannya pada tahun-tahun selanjutnya menjadi bersifat oikumene karena dia berpindah dengan bebas dari semua gereja mulai dari aliran Petakosta sampai Katholik. Tidak ada denominasi yang menghalangi pelayanan Kathryn Kuhlman. Dia tidak mau terikat dengan salah satu denominasi dan tidak mempercayakan pelayanannya pada organisasi mana pun.

Sepanjang masa remaja Kathryn, ibunya mengajarkan Liga Epworth untuk kaum muda di gereja Methodis. Seorang tetangga mengatakan bahwa Nyonya Kuhlman adalah seorang “guru Alkitab yang luar biasa, dan Kathryn serta semua saudara kandungnya pasti telah menerima pengajaran dan pelatihan yang sangat bagus di rumah.” Tetangga ini juga bercerita bahwa dia pernah mendengar seseorang di keluarga Kuhlman bernyanyi pada malam hari dan seorang lagi bermain piano.

Meskipun ibunya disebut-sebut sebagai guru yang hebat di Liga Epworth di gereja, sebenarnya dia belum dilahirkan baru sampai tahun 1935 dalam salah satu kebaktian Kathryn di Denver.

Kathryn telah mengundang ibunya untuk datang ke kebaktian tersebut. Setelah kebaktian pertama berakhir, Kathryn pergi ke ruang doa di belakang mimbar untuk mendoakan mereka yang menanggapi panggilan agar menerima keselamatan. Kemudian ibunya masuk ke ruang doa dan berkata bahwa dia ingin mengenal Yesus sebagaimana Kathryn mengenal-Nya.

Dengan air mata berlinang, Kathryn meraih ibunya dan menumpangkan tangan pada bagian belakang kepala ibunya. Pada saat tangannya menyentuh ibunya, Mama mulai bergetar lalu menangis. Getaran dan tangisan itu sama dengan yang diingat Kathryn pada saat dia berdiri di samping Mama di gereja Methodis yang kecil di Concordia. Namun kali ini, ada sesuatu yang baru. Mama menengadahkan kepalanya dan mulai berbicara, mulanya pelan-pelan, kemudian menjadi lebih cepat. Namun kata-katanya bukan dalam bahasa Inggris, melainkan satu bahasa asing yang suaranya jelas dan seperti nada bel.

“Kathryn bersimpuh di sisi ibunya, menangis dan tertawa silih berganti … ketika Emma membuka matanya, dia meraih tubuh Kathryn dan memeluknya erat-erat. Seingat Kathryn, itulah pertama kalinya ibunya memeluknya.”

Ibunya tidak tidur selama tiga hari dua malam setelah peristiwa tersebut. Dia menjadi ciptaan baru dan sepanjang sisa hidupnya di Concordia, Emma Kuhlman memiliki persekutuan yang sungguh indah dan manis dengan Roh Kudus.

PELAYANAN PENGINJILAN
Satu ciri khusus dari mereka yang dipakai Allah secara luar biasa adalah kerelaan mereka untuk meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti pimpinan-Nya. Tahun 1913, kakak perempuan Kathryn menikah dengan penginjil muda berwajah tampan yang baru menyelesaikan pendidikannya di Institut Alkitab Moody. Maka Myrtle bersama suaminya, Everett Parrott, memulai pelayanan penginjilan tenda. Kurang lebih sepuluh tahun kemudian, tahun 1924, Kathryn dan Myrtle meyakinkan kedua orang tua mereka bahwa Tuhan menghendaki Kathryn bepergian bersama Myrtle dan suaminya.

Saat itu, suami istri Parrott yang berkantor pusat di Oregon ini diperkenalkan dengan Dr. Charles S. Price, yang melayani kesembuhan. Dia telah memperkenalkan mereka pada baptisan Roh Kudus. Meskipun demikian, setelah mendapatkan pengalaman yang luar biasa ini, perkawinan Parrott tidak bahagia, dan kesulitan keuangan menambah persoalan di antara mereka.

Mudah saja bagi Kathryn seandainya dia menjadi lemah sehingga mengasihani diri sendiri karena semua keadaan itu. Namun sebaliknya, dia menyibukkan dirinya di rumah Parrott, mengambil alih tugas mencuci pada hari Senin dan menyeterika pada hari Selasa.

SEBAGIAN KARAKTERNYA
Sejak kecil Kathryn sudah mempelajari bahwa sifat mementingkan diri sendiri dan semua dosa yang berhubungan dengan “diri sendiri”, seperti perasaan mengasihani diri sendiri, mencari kepuasan diri sendiri, atau bahkan membenci diri sendiri, menyebabkan seseorang menghakimi atau menyalahkan dirinya sendiri. Dan hal ini menghambat pekerjaan Roh Kudus dalam hidupnya.

Pada waktu itu, selain memetik pelajaran mengenai kesabaran di tengah kesukaran, Kathryn juga belajar untuk tidak memberi kesempatan pada perasaan mengasihani diri sendiri. Di kemudian hari, banyak di antara khotbahnya bersumber dari pertumbuhan rohani kehidupan pribadinya dalam hal ini. Perasaan mengasihani diri sendiri dan mementingkan diri sendiri tidak ada bedanya bagi Kathryn. Yang pasti, sebagai seorang remaja, dia memutuskan untuk tidak mengizinkan kedua hal itu terjadi dalam hidupnya, apa pun yang dialaminya.

“Berhati-hatilah kepada semua orang, baik bila mereka anggota keluarga Anda, atau bila Anda bekerja bersama mereka, karyawan Anda, hati-hatilah kepada orang yang tidak bisa berkata, ‘Maaf.’ Anda akan melihat bahwa orang semacam itu mementingkan diri sendiri. Karena alasan inilah Anda telah mendengar saya berkata sampai sepuluh ribu kali bahwa satu-satunya orang yang tidak bisa ditolong oleh Yesus, satu-satunya orang yang tidak bisa mendapatkan pengampuan dosa adalah orang yang tidak mau berkata, ‘Saya menyesal atas dosa-dosa saya.’ Orang yang mementingkan diri sendiri seperti itu biasanya menarik sakit-penyakit ke arah diri mereka sendiri laksana sebuah magnet.”

Sejak kecil Kathryn sudah mempelajari bahwa sifat mementingkan diri sendiri dan semua dosa yang berhubungan dengan “diri sendiri”, seperti perasaan mengasihani diri sendiri, mencari kepuasan diri sendiri, atau bahkan membenci diri sendiri, menyebabkan seseorang menghakimi atau menyalahkan dirinya sendiri. Dan hal ini menghambat pekerjaan Roh Kudus dalam hidupnya.

Kathryn selalu mengatakan bahwa siapa pun bisa mengalami pekerjaan Roh Kudus dalam hidupnya jika dia rela membayar harganya.

“Membayar harga” ini bukan hanya pengalaman masa lalu. Hal ini dimulai dengan komitmen awal, satu tekad yang bulat untuk mengikuti Tuhan setiap hari dalam hidup Anda.

Ada banyak kesempatan dan tempat di mana Kathryn bisa saja memilih tidak tunduk kepada teguran Roh Kudus. Tetapi tubuh Kristus zaman sekarang beruntung karena dia menentukan pilihan-pilihan yang tepat dan merupakan telada yang harus kita ikuti.

TIDAK ADA LAGI YANG BISA DIKHOTBAHKAN!
Kathryn menghabiskan waktu selama lima tahun bersama keluarga kakaknya sambil mempersiapkan dasar pelayanannya sendiri. Dia melakukan pekerjaan rumah tangga di rumah kakaknya demi meringankan beban yang mungkin diakibatkan oleh kehadirannya di situ, dan membaca serta mempelajari firman Allah selama berjam-jam.

Pada tahun 1928, keluarga Parrott tiba di Boise, Idaho. Saat itu mereka telah mendapatkan sebuah tenda dan seorang pemain piano bernama Helen Gulliford. Namun persoalan rumah tangga mereka terus bertambah. Maka mereka memutuskan bahwa Everett akan pergi ke South Dakota dan meninggalkan Kathryn, Myrtle dan Helen untuk memimpin satu kebaktian di sana.

Dua minggu kemudian, persembahan yang masuk tidak mencukupi untuk membayar sewa gedung, apartemen kecil mereka dan untuk membeli makanan. Mereka hidup pas-pasan dengan hanya makan roti dan ikan tuna.

Tidak lama kemudian, Myrtle merasa bahwa satu-satunya tempat berlindung baginya hanyalah berkumpul kembali bersama suaminya. Kathryn dan Helen tidak melihat adanya harapan lain bagi masa depan mereka bila terus bepergian bersama keluarga Parrott. Maka seperti Paulus dan Barnabas dalam gereja Perjanjian Baru, mereka memutuskan untuk berpisah. Seorang gembala daerah di Boise memberi mereka kesempatan berkhotbah di sebuah tempat bilyar yang telah diubah menjadi kantor misi – dan itulah permulaan pelayanan Kathryn Kuhlman!

Dari misi “tempat bilyar,” mereka pergi ke Pocatello, Idaho, tempat Kathryn berkhotbah di sebuah gedung opera kuno. Gedung itu sangat kotor dan harus dibersihkan dahulu sebelum mereka gunakan. Anda bisa menebak siapa yang membersihkan – penginjil ini, tentu saja. Dari tempat itu, mereka menuju Twin Falls, Idaho, pada musim dingin yang sangat parah di mana Kathryn tergelincir di atas es dan kakinya patah. Meskipun dokter telah memperingatkan agar tidak menurunkan kakinya selama dua minggu, tidak lama kemudia dia terus berkhotbah dengan kaki terbalut gips. Dia tidak pernah mengizinkan kedagingannya menyebabkan dia keluar dari kehendak Tuhan.

Kathryn pernah mengatakan:

“Sejak khotbah pertama yang saya sampaikan di Idaho – Zakeus memanjat pohon, dan Tuhan tahu jika ada seorang yang ada di atas pohon, saya yakin itu – satu hal yang saya ketahui, saya bernyala-nyala bagi Tuhan. Yesus begitu nyata bagi saya. Hati saya telah bulat.”

Setelah berkhotbah empat sampai lima kali, dengan bercanda dia berkata:

“… Saya bertanya-tanya, ‘Apa lagi yang bisa saya khotbahkan?’ Tidak ada hal lain lagi dalam Alkitab. Saya benar-benar kehabisan bahan khotbah. Bagaimanapun juga, saya tidak bisa memikirkan hal lain untuk dikhotbahkan.”

STABIL DAN MANTAP DI RUMAH KALKUN
Pada tahun-tahun pertama, seringkali hampir tidak ada tempat tinggal, jika memang ada sangat kecil. Dalam salah satu kesempatan, keluarga yang seharusnya menampungnya tidak memiliki tempat untuknya – sehingga mereka membersihkan rumah kalkun dengan cara menggosoknya. Kathryn sering berkata bahwa dengan senang hati dia rela tidur di atas tumpukan jerami karena kerinduannya untuk berkhotbah begitu kuat. Bertahun-tahun kemudian dia sering tertawa dan bercerita cara dia mengunci semua pintu dan tidak mengizinkan siapa pun keluar sampai dia merasa yakin bahwa mereka semua telah diselamatkan! Itu hanya gurauannya; meskipun demikian, dia juga sering tetap berada di mimbar sampai saat doa pagi di waktu fajar bersama siapa pun yang tetap tinggal di tempat itu.

Tempat-tempat lain yang ditinggali Kathryn mungkin saja lebih bersih daripada rumah kalkun, namun tidak sehangat rumah kalkun ini. Waktu itu, kamar tamu tidak memiliki pemanas. Di kemudian hari dia bercerita caranya dia meringkuk di bawah setumpuk besar kain sampai mendapatkan tempat yang hangat untuk berbaring. Kemudian dia berbaring tengkurap dan mempelajari firman Tuhan selama berjam-jam pada suatu waktu.

Hatinya “menyala-nyala bagi Tuhan. Itulah rahasia pelayanannya. Hatinya telah bulat melekat kepada Yesus. Dia bertekad untuk tetap setia kepada-Nya dan berusaha tidak mendukakan hati Roh Kudus.

Awal pelayanan Kathryn, ada dua ciri khas lain yang berkembang – pengabdian dan kesetiaan kepada Tuhan di samping kepada umat-Nya. Kathryn memperluas dan mengembangkan pemahaman rohani dari dasar karakter yang dikembangkan sejak masa kecilnya.

“KESETIAAN” KATHRYN
Apa yang membuat seseorang tetap setia pada panggilannya? Jawaban Kathryn adalah “kesetiaan.”

Apa yang membuat seseorang tetap setia pada panggilannya? Jawaban Kathryn adalah “kesetiaan.”

“Kata kesetiaan kurang memiliki arti pada zaman sekarang karena kurang sekali dipraktekkan … Kesetiaan adalah sesuatu yang sukar dipahami … Sama dengan kasih. Anda hanya bisa memahaminya jika melihatnya dalam tindakan … Kasih adalah tindakan yang Anda lakukan¸ demikian pula halnya dengan kesetiaan. Kesetiaan adalah pengabdian.

… Hati saya telah bulat. Saya akan tetap setia kepada-Nya berapa pun harga yang harus saya bayar. Kesetiaan jauh melebihi perhatian yang hanya bersifat sementara terhadap seseorang atau sesuatu. Kesetiaan adalah komitmen pribadi. Dalam analisa akhir, kesetiaan berarti, ‘Inilah diriku. Engkau dapat mengandalkan aku. Aku tidak akan mengecewakanmu.’”

Dengan kata lain, bagi mereka yang dipanggil masuk dalam pelayanan, kesetiaan yang sejati diungkapkan melalui keputusan mereka agar tidak pernah menyimpang dari panggilan Allah. Jangan menambahi atau menguranginya – lakukan saja. Menurut Kathryn, bila manusia mulai melakukan urusan diri sendiri maka kesetiaan mereka pun berubah dari kesetiaan kepada Tuhan menjadi kesetiaan kepada diri sendiri.

SAYA INGIN YANG B-E-S-A-R!
Setelah berkhotbah di seluruh Idaho, Kathryn dan Helen pindah ke Colorado. Seusai kebaktian kebangunan rohani selama enam bulan di Pueblo, mereka tiba di Denver. Seorang pengusaha bernama Earl F. Hewitt, bergabung dengannya di Pueblo sebagai manajer bisnisnya. Pada tahun 1933, krisis besar terjadi. Banyak usaha bangkrut, jutaan orang menganggur, dan gereja-gereja berjuang agar tetap bisa bertahan.

Kathryn seorang penginjil keliling tanpa dukungan dana dari denominasi manapun, namun kepercayaannya terletak pada Tuhan yang besar, yang kekayaan-Nya tak terbatas. Dia percaya bahwa seandainya Anda melayani Tuhan yang kekayaan-Nya terbatas, berarti Anda melayani Tuhan yang salah. Dia hidup dengan prinsip iman dan percaya kepada Tuhan.

Kathryn menyuruh Hewitt pergi ke Denver dan bersikap seakan-akan mereka memiliki uang sejuta dollar. Ketika Hewitt menunjukkan bahwa mereka sebenarnya hanya memiliki $5, Kathryn berkata:

“Dia (Tuhan) tidak terbatas pada apa yang kita miliki atau siapa diri kita. Dia pasti sanggup memakai uang kita yang lima dollar ini dan melipatgandakannya dengan begitu mudah seperti ketika Dia melipatgandakan roti dan ikan … Sekarang berangkatlah ke Denver. Sedapat mungkin, cari gedung paling besar untuk saya. Dapatkan piano yang paling bagus untuk Helen. Penuhi tempat tersebut dengan kursi. Pasang iklan besar-besar di Denver Post dan umumkan di semua stasiun radio. Ini adalah pekerjaan Tuhan, dan kita akan melakukannya menurut jalan Tuhan – dengan besar!”

Hewitt mempercayai ucapan Kathryn dan menuruti perintahnya. Gedung yang tadinya gudang milik Perusahaan Montgomery Ward. Kebaktian berlangsung selama lima bulan, kemudian mereka pindah ke sebuah gudang lain. Malam pertama dihadiri 125 orang, malam kedua lebih dari 400 orang. Sejak saat itu, gudang itu selalu penuh setiap malam. Setelah lima bulan, Kathryn mengumumkan bahwa kebaktian telah selesai, tetapi orang-orang tidak setuju. Seorang pria menawarkan memberi uang muka untuk mendapatkan sebuah gedung yang tetap dan mendirikan papan berukuran sangat besar lengkap dengan lampu neonnya di atas gedung baru tersebut dengan tulisan, “Doa Mengubah Segala Sesuatu.”

Orang-orang lapar akan firman Tuhan. Meskipun demikian, khotbahnya yang utama pada tahun-tahun tersebut adalah mengenai keselamatan. Kadang-kadang para gembala mengalami kelahiran baru ketika Kathryn mengundang mereka menerima Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan. Pelayanan Kathryn adalah pelayanan pengharapan dan iman. Pada saat itu, Helen telah membentuk sebuah paduan suara dengan anggota sebanyak 100 orang dan mengarang banyak lagu yang mereka nyanyikan.

Karena begitu besar tanggapan yang diberikan pada pelayanan Kathryn, dia mau tinggal di Denver. Segala sesuatu tampak sempurna maka mereka mulai mencari gedung yang tetap. Kemudian mendadak tanpa dinyana, sebuah tragedi menimpa.

PAPA TELAH PERGI
Kathryn mengalami trauma pertama yang sesungguhnya dalam hidupnya pada akhir Desember 1934, ketika ayah yang dicintainya tewas akibat kecelakaan. Di kemudian hari dia mengetahui bahwa ayahnya terjatuh di jalan berlapis es dan ditabrak sebuah mobil yang menikung dengan cepat karena berusaha menghindarinya di tengah badai salju.

Akibat badai tersebut, seorang sahabatnya baru bisa menjumpai Kathryn di Colorado setelah berjam-jam kemudian. Setelah menerima kabar bahwa ayahnya hampir meninggal, dia segera pulang dengan mengemudi di tengah badai salju disertai angin kencang dari Denver menyeberangi Kansa menuju Missouri. Dia berkata bahwa hanya Tuhan yang tahu betapa cepat dia mengemudi di jalan berlapis es dan hampir tidak bisa melihat.

Tanggal 30 Desember, akhirnya Kathryn sampai di Kansas City. Dari sana dia menelepon ke rumah untuk mengabari ayahnya bahwa dia sudah hampir sampai, namun yang ditemukan ayahnya telah meninggal pada pagi hari itu.

Dia tiba di rumah dan melihat papanya terbaring dalam peti mati di ruang tamu ditemani para peratap yang berjaga semalaman sesuai dengan tradisi yang ada. Trauma itu hampir tidak dapat ditanggung Kathryn. Kebencian bergelora dalam hatinya kepada pemuda pengemudi mobil yang menabrak ayahnya.

“Saat duduk di sana di barisan depan gereja Baptis kecil itu, saya masih tidak mau menerima kematian ayah saya. Hal itu tidak mungkin terjadi.”

“Saya adalah orang yang selalu bahagia, dan papa membantu membuat saya bahagia. Kini beliau telah pergi, dan di tempatnya saya sedang memerangi rasa takut dan kebencian yang terasa asing bagi saya.

Saya memiliki ayah paling sempurna yang pernah dimiliki anak perempuan mana pun. Di mata saya, papa tidak bisa berbuat salah. Beliau adalah idaman saya.”

Kathryn telah meninggalkan rumah selama lebih dari sepuluh tahun, dan selama itu hanya berkunjung beberapa kali. Kini papanya tidak akan pernah lagi bisa mendengarnya berkhotbah. Kemudian dia menceritakan bahwa kebenciannya terhadap pemuda yang membunuh ayahnya itu begitu meluap-luap dalam dirinya dan dia memuntahkan kepahitan mengenai kecelakaan itu pada hampir setiap orang – sampai hari pemakaman.

“Saat duduk di sana di barisan depan gereja Baptis yang kecil itu, saya masih tidak mau menerima kematian ayah saya. Itu tidak mungkin terjadi … Satu demi satu keluarga saya berdiri dari kursi mereka dan berbaris melewati peti mati ayah. Kedua kakak perempuan saya. Saudara laki-laki saya. Hanya saya yang tetap berada di kursi.

Pengurus upacara berjalan menghampiri saya dan berkata, ‘Kathryn, apakah kamu mau melihat ayahmu sebelum saya menutup peti mati?’

Tiba-tiba saya berdiri di sisi depan gereja, memandang ke bawah – mata saya tidak terpaku pada wajah papa, melainkan pada bahunya, bahu tempat saya sering sekali bersandar … Saya mendekat dan dengan lembut meletakkan tangan saya di atas bahu di dalam peti itu. Dan ketika saya melakukannya, sesuatu terjadi. Yang diusap oleh jemari saya hanyalah setelan pakaian … Isi peti itu hanyalah sesuatu yang dibuang, yang pernah dicintainya, dan kini tidak berisi apa-apa. Papa tidak ada di sana.

… hubungan romantis antara Kathryn dan Waltrip akhirnya diketahui orang banyak, dan dia menyebutnya, “Tuan.”

… Itulah pertama kalinya kuasa Kristus yang telah bangkit dan hidup benar-benar saya alami. Tiba-tiba saya tidak takut lagi pada kematian … di saat ketakutan saya lenyap, demikian pula kebencian saya. Papa tidak mati. Dia hidup”

DIPERBARUI DAN TERSENYUM
Kathryn kembali ke Denver dengan memiliki pemahaman yang baru dan belas kasihan. Sekembali Kathryn, mereka berhasil mendapatkan sebuah gedung dan mulai direnovasi pada bulan Februari 1935. Tanggal 30 Mei 1935, Denver Revival Tabernacle dibuka dan di atasnya terpancang sebuah papan berukuran sangat besar disertai lampu neon, sebagaimana yang pernah dijanjikan – “DOA MENGUBAH SEGALA SESUATU.” Aula gedung itu memiliki dua ribu kursi dan nama Tabernacle bisa dilihat dari jarak paling jauh sekalipun. Ribuan orang dari berbagai kawasan di sekitarnya menghadiri kebaktian Kathryn selama lebih dari empat tahun kemudian. Setiap malam diadakan kebaktian kecuali hari Senin.

Pusat kebangunan rohani tersebut dalam waktu singkat berkembang menjadi sebuah gereja yang terorganisir. Tidak berhubungan dengan denominasi. Akhirnya, sekolah Minggu dimulai dan bis-bis digunakan untuk membawa orang-orang menghadiri kebaktian. Mereka juga menjangkau penjara dan panti jompo. Kemudian Kathryn memulai sebuah acara radio bernama “Smiling Through.”

Tahun 1936, banyak pemain musik dan pengkhotbah melayani di Denver Revival Tabernacle. Salah satunya Raymond T. Richey, seorang penginjil terkenal. Richey seorang pelopor yang terkemuka dalam kebangunan rohani kesembuhan di Amerika sebelumnya.

Kathryn menyebutkan bahwa trauma akibat kematian ayahnya merupakan pengalaman berada di lembah yang “terdalam,” namun masih ada pengalaman dalam lembah yang ternyata hampir sama dalamnya.

“PERJALANAN” YANG LUAR BIASA
Tahun 1935, seorang penginjil bernama Burroughs A. Waltrip dari Austin, Texas, diundang berkhotbah di tabernacle. Dia pria yang sangat tampan dan lebih tua delapan tahun dari Kathryn. Tidak lama kemudian mereka saling tertarik.

Satu-satunya masalah adalah dia sudah menikah dan memiliki dua putra yang masih kecil. Kathryn tampaknya tidak mempedulikan peringatan Roh Kudus dalam dirinya yang mengatakan bahwa hubungan mereka itu tidak benar. Tidak lama setelah kunjungan pertama Waltrip di Denver, dia menceraikan istrinya dan bercerita kepada semua orang bahwa istrinya meninggalkannya. Meskipun demikian, bekas istrinya, Jessie, mengatakan bahwa Waltrip percaya jika Anda tidak mengasihi pasangan Anda dalam pernikahan maka tidak ada perjanjian dan karenanya orang itu bebas untuk bercerai dan menikah lagi. Setelah Waltrip meninggalkan istrinya, dia tidak pernah pulang kembali kepadanya dan kedua putranya tidak pernah melihat ayahnya lagi.

TUAN ADALAH K-E-S-A-L-A-H-A-N
Setelah meninggalkan keluarganya, Waltrip pindah ke Manson City, Iowa, menyatakan dirinya sebagai bujangan, memulai pusat kebangunan rohani yang bernama Radio Chapel. Dia dikenal sebagai seorang penginjil yang dramatis dan sensasional dan memulai siaran radio setiap hari dari Chapel. Kathryn dan Helen datang ke kota itu untuk membantunya mendapatkan dana bagi pelayanannya.

Tidak lama kemudian, hubungan kasih antara Kathryn dan Waltrip ini diketahui orang banyak, dan Kathryn menyebutnya “Tuan.” Helen dan sahabat-sahabat lain dari Denver sungguh-sungguh menasihati Kathryn agar tidak menikah dengan penginjil tampan itu, namun Kathryn beralasan bahwa istrinya telah meninggalkannya sehingga dia bebas untuk menikah.

Harus diperhatikan bahwa rincian antara perceraian Waltrip dan istrinya dengan saat Kathryn terlibat tidak jelas. Mereka yang menyayangi dan menghargai pelayanan Kathryn mendiamkan masalah ini. Dengan nyata, mereka merasa bahwa Tuhan telah mengampuni Kathryn atas segala kesalahan yang diperbuatnya akibat hubungannya itu sehingga rinciannya tidak penting.

Pada tanggal 16 Oktober 1938, Kathryn memberi tahu kepada sidang jemaat di Denver bahwa dia merencanakan untuk bergabung dengan pelayanan “Tuan” di Mason City, Iowa. Dua hari kemudian pada tanggal 18 Oktober, hampir enam belas bulan setelah perceraian Waltrip yang tidak ditentang, Kathryn dan Burroughs menikah secara rahasia di Mason City.

APA MASALAHNYA?
Biarlah saya memberi penjelasan di sini. Pokok persoalannya bukanlah perceraian. Tentu saja ini menjadi persoalan bagi orang beragama dan denominasi mereka yang merasa benar sendiri, namun tidak menjadi masalah bagi Tuhan. Dia memaparkannya dengan sederhana. Menurut Perjanjian Baru, ada dua alasan yang Alkitabiah bagi perceraian. Salah satunya adalah bila salah satu pasangan terlibat dalam percabulan berulang kali. Dan alasan lainnya termasuk bila salah satu pasangan meninggalkan pernikahan itu. Jika salah satu dari kedua hal itu terjadi kepada seseorang maka di hadapan Tuhan orang itu bebas dan boleh menikah lagi. Jika Anda membuat keputusan bercerai yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, ada pengampunan dan pemulihan, dan awal yang baru dan bersih pun sedang menanti Anda. Orang-orang yang merasa paling benar dan beberapa denominasi tertentu mungkin tidak memberikan awal yang baru bagi Anda, namun Tuhan sanggup menolong jika Anda mencari Dia.

Kathryn merasakan dirinya berada dalam situasi di mana ada roh-roh yang berdusta dan menipu sedang bekerja. Waltrip meninggalkan istrinya di Texas dan menceraikannya, dan itu adalah kesalahannya yang pertama. Kemudian, dia berusaha menutupinya dengan memakai sebuah pengajaran palsu dan berbohong mengenai hal itu kepada orang-orang di sekitarnya. Pernikahan antara Kuhlman dan Waltrip sama sekali salah sejak awal!

DIA HAMPIR MELAKUKANNYA …
Kathryn memilih untuk mempercayai cerita pria ini bahwa istrinya meninggalkannya. Meskipun demikian, hatinya terus-menerus gelisah sepanjang rencana pernikahan mereka. Dia tidak merasa damai. Hampir semua orang mengatakan “Tuan” tidak mengasihi Kathryn sama sekali. Sebaliknya, dia hanya mencintai kemampuannya dalam menarik banyak orang dan mengumpulkan uang. Waltrip terkenal akan keserakahan dan gaya hidupnya boros. Ketika dia menikahi Kathryn, orang-orang di delapan negara bagian “terus-menerus mendesak” meminta uang kepadanya.

Bahkan ibu “Tuan” memohon kepada Kathryn agar jangan menikah dengan putranya. Dia berharap Waltrip akan sadar dan kembali bersama dengan istri dan kedua anaknya. Mungkin Anda bertanya, jika demikian mengapa Kathryn tetap nekad menikah?

Sebelum pernikahan yang rencananya diadakan di Mason City, Kathryn membicarakan masalah ini dengan sahabat-sahabatnya, Lottie Anthony dan Helen. Lottie ingat bahwa Kathryn berkata, “Tampaknya aku benar-benar tidak bisa mengetahui kehendak Tuhan dalam hal ini.” Kedua wanita itu berusaha membujuk Kathryn untuk menunggu dan mengikuti damai sejahtera Allah. Namun dia tidak menggubris mereka.

Ketika ketiga wanita ini tiba di Des Moines dalam perjalanan menuju Mason City, Helen memberi tahu Kathryn bahwa dia tidak mau terlibat. Dia tetap tinggal di hotel tempat mereka menginap. Lottie sependapat dengan Helen dan dia juga tidak mau menghadiri pernikahan Kathryn.

Tetapi Kathryn mendapatkan seorang sahabat untuk menjadi saksi dalam pernikahannya dengan Waltrip. Kathryn jatuh pingsan saat upacara berlangsung. Waltrip menolong menyadarkannya agar dia bisa menyelesaikan perkataan sumpah pernikahan tersebut. Keputusan yang sengaja diambilnya dengan melangkah keluar dari kehendak Tuhan sangat membebaninya.

Saat pasangan pengantin baru itu kembali ke Des Moines sepulang upacara pernikahan, Kathryn melakukan sesuatu yang aneh. Setelah pasangan itu masuk ke hotel mereka, Kathryn tidak mau tinggal bersama suaminya. Sahabatnya, Lottie Anthony, berkata bahwa Kathryn melompat masuk ke mobil dan pergi ke hotel tempat dia dan Helen menginap.

Kathryn duduk di kamar hotel mereka, menangis tersedu-sedu dan mengakui bahwa dia telah berbuat kesalahan dalam pernikahannya dan akan membatalkannya. Lottie menelepon Waltrip dan memberi tahu dia mengenai rencana Kathryn. Ketika Waltrip mengeluh bahwa dia kehilangan istrinya, Lottie membentak, “Dari dahulu dia tidak pernah menjadi milikmu!”

Ketiga wanita ini meninggalkan Des Moines dan berharap bisa menjelaskan keadaan ini kepada sidang jemaat di Denver. Tetapi sidang jemaat tidak pernah memberinya kesempatan. Mereka sangat marah kepadanya karena terlalu meremehkan keadaan dan merahasiakan pernikahannya. Lottie berkata bahwa sidang jemaat di Denver “mengembalikannya ke dalam pelukan Waltrip.”

IMPIAN YANG TERKOYAK
Pelayanan yang dengan tekun didirikan Kathryn selama lebih dari lima tahun sebelumnya dalam waktu singkat menjadi hancur. Hewitt membeli seluruh saham Kathryn atas gedung itu dan Helen pergi melayani di sebuah gereja yang lebih kecil di Denver. “Kawanan domba” pun tercerai-berai. Akibat kesalahan yang menyedihkan itu, Kathryn kehilangan gerejanya, sahabat-sahabatnya, dan pelayanannya. Bahkan hubungannya dengan Tuhan pun terganggu karena Kathryn menempatkan “Tuan” dan hasratnya lebih dari kasihnya kepada Tuhan.

Meskipun menghadapi pandangan, bisik-bisik dan penolakan yang tidak tanggung-tanggung, diperlukan adanya iman yang besar dan tekad yang kokoh untuk memulihkan pelayanan Kathryn.

Kathryn Kuhlman, wanita yang oleh sebagian orang dipuja sebagai “Maria yang tak bercacat cela” sesungguhnya hanyalah manusia biasa yang mudah jatuh dalam godaan manusiawi. Dia adalah wanita Allah yang luar biasa, namun yang menjadikannya luar biasa adalah pilihan dan tindakannya untuk memperbaiki kesalahannya. Meskipun menghadapi pandangan, bisik-bisik, dan penolakan yang tidak tanggung-tanggung, diperlukan adanya iman yang besar dan tekad yang kokoh untuk memulihkan pelayanan Kathryn. Konon semua kesalahannya menghasilkan pewahyuan yang penuh kuasa di balik khotbahnya mengenai godaan, pengampunan dan kemenangan.

Namun tindakan dan pewahyuan itu tidak terjadi dalam sekejap. Kathryn menghabiskan waktu selama delapan tahun selanjutnya tanpa diingat dan tidak melakukan pelayanan yang besar. Enam tahun dihabiskannya dalam pernikahan dan kemudian dua tahun dia berusaha kembali pada pelayanan sepenuh waktu. Sahabat-sahabatnya yang pergi ke Mason City pada tahun ketika Kathryn masih tinggal di sana, berkata bahwa dia selalu duduk di atas mimbar di belakang suaminya dan menangis saat suaminya berkhotbah.

Ketika masyarakat Mason City mengetahui bahwa Waltrip telah berbohong mengenai pernikahan pertamanya, mereka tidak mau lagi hadir dan tidak lama kemudian Radio Chapel pun ditutup. Beberapa kali Waltrip mengizinkan Kathryn melayani sendirian hanya di tempat-tempat yang tidak ada orang yang tahu bahwa dia sudah menikah. Setidaknya sekali serangkaian kebaktian dibatalkan pada detik terakhir setelah gembala yang mengundang Kathryn diberi tahu seorang anggota jemaat bahwa Kathryn menikah dengan seorang duda cerai.

SAKITNYA MENGALAMI KEMATIAN
Kathryn meninggalkan Waltrip pada tahun 1944 ketika mereka masih tinggal di Los Angeles, tetapi dia tidak bercerai sampai tahun 1947.

Dalam salah satu kesempatan yang jarang terjadi ketika Kathryn bercerita mengenai masa itu dan kejadian yang sebenarnya, dia mengatakan:

“Saya harus mengambil keputusan. Apakah saya akan melayani pria yang saya kasihi atau Tuhan yang saya kasihi? Saya tahu bahwa saya tidak bisa melayani Tuhan dan hidup bersama Tuan. Tidak seorang pun yang akan pernah tahu sakitnya kematian seperti yang saya rasakan karena saya mengasihinya lebih dari diri sendiri. Dan selama beberapa waktu, saya bahkan mengasihinya lebih dari kasih saya kepada Tuhan. Akhirnya, saya katakan kepadanya bahwa saya harus pergi karena Tuhan tidak akan pernah melepaskan saya dari panggilan pertama saya. Saya tidak hanya tinggal bersamanya, namun saya juga harus hidup dengan hati nurani saya, dan tempelakan Roh Kudus itu hampir tidak tertahankan lagi. Saya lelah berusaha membenarkan diri sendiri.”

Dalam salah satu penampilan terakhirnya, dalam sebuah sesi tanya jawab, seorang pemuda bertanya cara Kathryn “menghadapi kematiannya.” Pemuda itu pernah mendengar dia berkhotbah beberapa kali mengenai kematian ini.

Jawab Kathryn:

“Hal itu datang melalui kekecewaan yang sangat besar, kekecewaan yang sangat besar, dan saya merasa dunia saya telah kiamat. Tahukah Anda, masalahnya bukanlah apa yang terjadi kepada Anda, melainkan tindakan Anda setelah hal itu terjadi. Dan itu kembali lagi pada kehendak Allah.

Pada saat itu, saya merasa bahwa apa yang telah menimpa saya merupakan tragedi terbesar dalam hidup saya. Saya mengira tidak akan pernah bangkit lagi, tidak akan, tidak akan pernah. Tidak ada orang yang akan pernah mengetahuinya – jika Anda belum pernah mati – apa yang sedang saya bicarakan … Saat ini, saya merasa ini merupakan bagian dari kehendak Tuhan yang sempurna bagi hidup saya.”

Kathryn beberapa kali mengatakan bahwa dia menderita demi pelayanan. Namun sebenarnya ada juga beberapa orang yang turut menderita. Ada seorang wanita yang ditinggalkan di Texas bersama dua anak laki-laki yang masih kecil, yang membutuhkan penjelasan mengenai mengapa mereka tidak pernah lagi bertemu ayah mereka. Cobaan yang berat yang sangat menyakitkan semua orang yang mengenal dan menyayangi pasangan itu.

DUA SISI UANG LOGAM
Kathryn setelah mengambil keputusan tersebut, Kathryn Kuhlman tidak pernah ragu-ragu menjawab panggilan dalam hidupnya, tidak pernah menyimpang dari jalan yang telah Tuhan tentukan baginya, dan tidak pernah bertemu “Tuan” lagi. Dia membeli tiket sekali jalan menuju Franklin, Pennsylvania, dan tidak pernah kembali lagi.

Kehidupan Kathryn bersama Allah benar-benar dipulihkan. Meskipun itu saat yang berat bagi Kathryn, berkat Tuhan tidak lama kemudian tercurah atasnya. Namun nasib Waltrip tidak menentu. Dia sama sekali menghilang dan tidak pernah menghubungi keluarganya. Menurut bekas istrinya, Jessie, baru bertahun-tahun kemudian kakak Waltrip, James Waltrip, dengan sedih mendapati bahwa Burroughs akhirnya dijebloskan ke penjara di California karena mencuri uang seorang wanita, dan akhirnya meninggal di sana.

KELUAR DARI GUA
Tampaknya tidak seorang pun pernah mengetahui mengapa Kathryn memilih Franklin, Pennsylvania, untuk memulai “kembali”nya. Franklin adalah kota pertambangan batu bara dan dihuni para imigran Jerman. Mungkin di sana dia merasa berada di rumah sendiri. Mungkin karena dia diterima di sana. Apa pun alasannya, hal itu berhasil!

Dari Pennsylvania dia pergi ke seluruh negara bagian Midwestern dan ke selatan ke West Virginia dan Carolina. Di beberapa tempat, dia cepat diterima, sedang di tempat-tempat lainnya masa lalunya segera diungkit-ungkit dan kebaktian pun ditutup. Di Georgia, sebuah surat kabar mendominasi cerita mengenai pernikahannya dengan seorang duda cerai dan memuatnya. Kemudian Kathryn naik bis kembali ke Franklin.

Tahun 1946, Kathryn keluar dari “padang gurun”nya dan pindah ke “Tanah Perjanjian” dari pelayanannya yang sesungguhnya. Setelah perjalanan yang gagal di Selatan, dia diundang mengadakan serangkaian kebaktian di Gospel Tabernacle yang memiliki seribu lima ratus tempat duduk yang terletak di Franklin, Pennsylvania. Tabernacle ini terkenal di kalangan mereka sejak Billy Sunday berkhotbah di sana. Dan kebaktian Kathryn berlangsung dengan begitu indahnya di gedung ini sehingga seakan-akan peristiwa delapan tahun yang lalu tidak pernah terjadi.

BERBAGAI SUARA
Tidak lama setelah memulai kebaktiannya di Tabernacle, Kathryn juga memulai siaran radio di Radio WKRZ Oil City, Pennsylvania. Sambutan yang muncul begitu luar biasa sehingga beberapa bulan kemudian dia menambah sebuah stasiun lagi di Pittsburgh.

Bukannya dijauhi, kini Kathryn justru dibanjiri banyak surat. Stasiun Oil City akhirnya harus melarang para pengunjung masuk ke studio karena mereka menghambat pekerjaan staf.

Perang Dunia II baru saja berakhir, dan banyak barang mewah masih sukar didapat. Suatu hari, secara sambil lalu Kathryn menyiarkan di radio bahwa dia hanya memiliki sisa sepasang stocking. Dan stasiun itu segera dibanjiri berbungkus-bungkus stocking dari bahan nilon.

Menjelang Perang Dunia II berakhir, Roh Kudus bergerak memulihkan tubuh Kristus melalui karunia kesembuhan. Kebangunan rohani kesembuhan sedang terjadi besar-besaran, dan berbagai kesembuhan yang luar biasa dimanifestasikan melalui hamba-hamba Tuhan seperti Oral Roberts, William Branham, dan almarhum Jack Coe. Almarhum Gordon Lindsay, pendiri majalah The Voice of Healing (Suara Kesembuhan) dan Sekolah Alkitab Christ for the Nations, memuat semua berita kebangunan rohani besar-besaran ini di majalah The Voice of Healing.

Saat itu Kathryn masih mengutamakan berdoa bagi orang-orang untuk menerima keselamatan. Tetapi dia mulai mendoakan dan menumpangkan tangan kepada mereka yang datang meminta kesembuhan. Meskipun dia membenci istilah “penyembuh iman,” dia menghadiri kebaktian hamba-hamba Tuhan itu dengan harapan bisa lebih jauh mengetahui tentang fenomena Allah. Kathryn sama sekali tidak berpikir bahwa “pelayanan kesembuhan” akan membuatnya dikenal seluruh dunia.

Sambil mengamati berbagai kebaktian tenda, Kathryn mendapatkan pemahaman yang jauh lebih baik. Meskipun dia selalu memiliki banyak pertanyaan yang tidak terjawab mengenai kesembuhan ilahi, dia benar-benar menetapkan dasar bagi pelayanannya:

“Pada awal pelayanan saya, saya benar-benar terganggu dengan apa yang saya saksikan dalam kesembuhan ilahi. Saya dibuat bingung melihat banyak metode yang diterapkan. Saya merasa muak menyaksikan penampilan yang tidak pantas dan tidak bisa terlibat sedikit pun dengan semua itu, baik dengan tindakan Roh Kudus maupun sifat Allah.

… Sampai hari ini, tidak ada yang lebih menjijikkan bagi saya dibanding dengan kurangnya hikmat … Ada satu hal yang membuat saya tidak tahan yakni kefanatikan – manifestasi-manifestasi kedagingan yang mencemarkan sesuatu yang begitu agung, sesuatu yang begitu kudus.”

Kemudian Kathryn berbicara mengenai sakit hatinya melihat semua kebaktian tersebut. Di sepanjang sisa hidupnya dia menasihati orang-orang agar memusatkan perhatian dan pandangan kepada Yesus dan bukan pada lainnya. Setelah menghadiri sebuah kebaktian tenda di Erie, Pennsylvania, dia berkata:

“Saya mulai menangis dan tidak bisa menghentikannya. Selama berminggu-minggu saya dihantui oleh pandangan yang penuh kekecewaan pada wajah-wajah tersebut ketika diberi tahu bahwa keadaan mereka yang kurang iman membuat mereka jauh dari Allah. Inikah Tuhan dengan segala kemurahan dan belas kasihan-Nya yang besar itu? Saya meninggalkan tenda itu dan dengan air mata yang terus bercucuran saya menengadah dan berseru, ‘Mereka telah merampas Tuhanku, dan aku tidak tahu di mana mereka menaruh-Nya.”

Menarik untuk disimak bahwa Kathryn Kuhlman memilih tidak menghubungkan pelayanannya dengan majalah The Voice of Healing milik Gordon Lindsay. Majalah tersebut merupakan sarana promosi bagi para penginjil kesembuhan pada masa itu dan Kuhlman memilih untuk tidak melibatkan diri. Banyak di antara penginjil itu yang tulus dan jujur, tetapi yang lainnya menjadi berubah mencari sensai dan menggunakan berbagai metode yang meragukan dalam pelayanan mereka.

MUKJIZAT PUN TERJADILAH!
Ketika Kathryn membaca bahwa menurut firman Allah kesembuhan dan keselamatan secara bersamaan disediakan bagi orang percaya, dia mulai memahami hubungan orang Kristen dengan Roh Kudus. Tahun 1947, dia mulai mengajar serangkaian pengajaran mengenai Roh Kudus. Sebagian dari hal-hal yang dikatakannya pada malam pertama dia mengajar merupakan pewahyuan baginya. Kemudian Kathryn bercerita bahwa dia terjaga pada malam itu, berdoa dan lebih banyak membaca Alkitab.

Malam kedua kebaktiannya merupakan peristiwa yang sangat penting. Seseorang yang mengalami kesembuhan dalam kebaktian Kathryn Kuhlman menyampaikan kesaksian. Seorang wanita berdiri dan bercerita bahwa dia disembuhkan ketika Kathryn berkhotbah pada malam sebelumnya. Tanpa ditumpangi tangan siapa pun dan Kathryn pun tidak menyadari apa yang terjadi saat itu, wanita ini disembuhkan dari tumor yang dideritanya. Dia telah pergi ke dokternya untuk memastikan kesembuhannya sebelum kebaktian pada malam kedua.

Hari Minggu berikutnya, terjadi mukjizat kedua. Seorang veteran Perang Dunia I yang telah dipastikan menderita kebutaan akibat kecelakaan industri, penglihatannya pulih sampai 85% pada bagian matanya yang dinyatakan rusak selamanya dan penglihatan pada mata satunya pun pulih secara total.

PENIPU, KEPALA POLISI, DAN KEMULIAAN
Segera setelah terjadi berbagai kesembuhan dan mukjizat, semakin banyak orang yang datang ke tabernacle daripada kebaktian Billy Sunday. Tuhan mulai membuat pelayanan Kathryn sangat berhasil, namun kini iblis mulai masuk dan berusaha melemahkan pekerjaan dan aliran Roh Kudus dalam pelayanannya.

Serangan itu muncul melalui M. J. Maloney dan para badan pengelola tabernacle. Maloney bersikeras bahwa dia menerima sekian persen dari seluruh pendapatan pelayanan, termasuk dari penyiaran radio dan penerbitan. Kathryn menolak mentah-mentah sehingga Maloney mengancam akan menuntutnya.

Semua kegiatan seputar “pertikaian” ini adalah termasuk tindakan Maloney yang tidak mengizinkan Kathryn menginjakkan kaki ke gedung itu. Terjadilah pertengkaran antara Kathryn didampingi para pengikutnya yang terdiri dari pekerja tambang batu bara melawan orang-orang Maloney, dan hasilnya para pendukung Kathryn merusak kunci gembok sehingga kebaktian bisa dilanjutkan. Keadaan itu baru berakhir setelah para pendukung Kathryn mengumpulkan uang sebanyak $10.000 dan membeli sebuah gelanggang sepatu roda kuno dekat Sugar Creek. Mereka memberi nama gelanggang sepatu roda itu Faith Temple (Bait Iman). Ukurannya dua kali lipat dari gedung Maloney dan sejak kebaktian pertama sudah dipenuhi hadirin.

Ironisnya, pada saat gawat dan ribut tahun 1947, terjadi sesuatu yang mengagumkan. Suatu malam, Kathryn mendengar suara ketukan di pintu apartemennya. Ketika dia membuka pintu, kepala polisi berdiri dengan pakaian biasa. Dia berkata kepada Kathryn bahwa “Tuan” telah mengajukan tuntutan cerai di Nevada dan kantornya baru menerima berkas permohonan itu pagi harinya dan menyebut Kathryn sebagai terdakwa.

Kathryn menunduk dan melihat berkas di tangan kepala polisi. Kepalanya tetap tertunduk. Melihat rasa malu dan kekecewaan Kathryn, kepala polisi itu meraih dan menyentuh lengannya karena dia pernah menghadiri kebaktian Kathryn dan tahu bahwa dia datang ke kawasan tersebut atas kehendak Tuhan. Karena tahu bahwa nama orang-orang terkenal di berkas perceraian seringkali diberikan pada media untuk dimuat maka kepala polisi itu meyakinkannya bahwa semua berkas itu tetap terjaga kerahasiaannya dengan cara menyerahkan sendiri kepada Kathryn.

Kepala polisi kemudian kembali meyakinkan Kathryn bahwa tidak seorang pun, kecuali mereka berdua, yang akan pernah mengetahui tindakan hukum itu. Kathryn berkata kepada kepala polisi itu bahwa dia sangat berterima kasih kepadanya sampai akhir hayatnya.

Kebaikan hati kepala polisi menghindarkan Kathryn dari sakit hati yang sangat dalam. Tujuh tahun kemudian para wartawan tetap tidak mengetahui hal tersebut, namun sampai saat itu pelayanan Kathryn begitu berkembang dan tidak terpengaruh oleh berita usang semacam itu.

Kebaktian kesembuhan yang luar biasa tetap berlangsung di gelanggang sepatu roda yang telah direnovasi itu, dan kebaktian-kebaktian tambahan meluas sampai ke kota-kota sekitar dan ke Aula Stambaugh di Youngstown, Ohio. Roh Kudus telah menemukan sebuah pelayanan yang tidak akan mencoba memperoleh pujian atas pekerjaan-Nya maupun kemuliaan atas hasil dari perbuatan-Nya.

Seorang bekas sekretaris mengenang:

“Nona Kuhlman sungguh lembut kepada Tuhan. Saya sedang berdiri di tabernacle seusai kebaktian dan bisa melihat ke dalam ruang radio. Nona Kuhlman ada di sana. Tidak tahu bahwa ada yang bisa melihatnya, dia bersimpuh sambil bersyukur kepada Tuhan atas kebaktian tersebut.”

Dengan pelayanannya yang terus bertumbuh, Kathryn kurang menekankan pentingnya iman dan lebih menekankan pada keilahian Roh Kudus. Dalam kebaktiannya, tidak ada kartu permohonan doa, tenda-tenda bagi penderita cacat, maupun antrian panjang para penderita sakit yang menunggunya menumpangkan tangan kepada mereka. Dia tidak pernah menyalahkan mereka yang tidak berhasil mendapatkan kesembuhan karena iman mereka yang lemah. Tampaknya kesembuhan terjadi di mana-mana di seluruh sudut aula ketika hadirin duduk di kursi mereka masing-masing, memandang ke surga dan memusatkan perhatian mereka kepada Yesus.

ATAP RUNTUH!
… tanda-tanda dari surga akhirnya mendorong Kathryn pindah Pittsburgh.

Dalam kebaktian pertamanya di Carnigie Hall, Pittsburgh, penjaga gedung bercerita kepadanya bahwa para bintang opera pun bahkan tidak bisa membuat gedung itu penuh, namun Kathryn bersikeras agar disediakan kursi yang cukup untuk memenuhi aula tersebut. Tindakan ini sungguh baik karena semua kursi penuh.

Kebaktian pertama diadakan sore hari dan aula itu penuh sesak. Kebaktian kedua diadakan pada malam harinya untuk menampung orang banyak itu. Jimmy Miller dan Charles Beebee melayani musik untuk semua kebaktian itu dan tetap melayani bersama Kathryn selamanya.

Pelayanan radio pun terus berkembang, dan pada bulan November 1950, orang-orang mulai mendorong Kathryn agar pindah ke Pittsburgh untuk seterusnya. Bahkan Maggie Hartner, wanita yang menjadi “tangan kanan”nya pun sependapat bahwa mereka harus pindah. Kathryn enggan karena merasa memiliki komitmen kepada orang-orang di Franklin yang telah membela dan mendukungnya dan telah menerima serta menyayanginya ketika tidak ada seorang pun yang demikian.

Namun tanda-tanda dari surga akhirnya mendorong Kathryn pindah ke Pittsburgh.

Dalam menanggapi semua permintaan agar dia pindah, Kathryn mengumumkan:

“Tidak! Atap Faith Temple harus benar-benar runtuh sebelum saya percaya bahwa Tuha menghendaki saya pindah ke Pittsburgh.”

Pada hari Thanksgiving, 1950, atap bait itu runtuh akibat menahan hujan salju yang paling dahsyat sepanjang sejarah kawasan itu.

Tiga minggu kemudian, Kathryn pindah ke Pittsburgh di pinggiran kota Fox Chapel, dan di sini dia tinggal hingga akhir hayatnya.

“SAYA INGIN SEPERTI AIMEE”
Pada tahun 1950, pelayanan sedunia mulai berkembang. Tahun-tahun selanjutnya, Kathryn berkata bahwa Tuhan tidak memanggilnya untuk mendirikan gereja dan menegaskan bahwa pelayanannya tidak akan terbatas hanya pada satu gedung. Sebagian orang mungkin memang dipanggil untuk mendirikan bangunan, namun dia tidak termasuk di antaranya.

Kenyataan bahwa dia tidak mendirikan gereja-gereja terutama dikaburkan oleh pemberitaan mengenai kebaktian-kebaktian mukjizat yang diadakannya. Yayasan Kathryn Kuhlman yang didirikan di Pittsburgh, membiayai lebih dari dua puluh gereja di berbagai ladang misi ke luar negeri yang digembalakan oleh seorang penduduk di negara itu masing-masing.

Banyak orang menyebutnya “gembala” karena mereka menyayangi dan menghormatinya, namun Kathryn tidak pernah ditahbiskan sebagai gembala. Setelah tinggal di Denver, dia tidak pernah menggembalakan gereja. Kathryn berkata bahwa dia tidak dipanggil bagi lima jawatan seperti yang ada di Efesus 4:11. Dia berjalan dalam kesederhanaan sebagai “pelayan” Tuhan.

Orang-orang terdekatnya mengatakan, sejak pertama sekali masuk dalam pelayanan Kathryn telah berkata bahwa dia akan menjadi Aimee Semple McPherson yang berikutnya, pendiri denominasi Four Square. Aimee jelas menjadi panutan Kathryn. Ketika “Sister” yang berkepribadian menarik tersebut mendirikan Angelus Temple di Los Angeles, Kathryn ada di sana saat tempat itu amat sangat terkenal. Konon Kathryn menjadi murid sekolah Alkitab Aimee dan duduk di balkon gerejanya sambil menyerap setiap aspek dari khotbah-khotbah penuh urapan dan bergaya teater dari “Sister” ini. Berbeda dengan murid lainnya di Sekolah Alkitab L.I.F.E., Kathryn memilih tidak bergabung dengan denominasi Four Square. Dia memilih jalur mandiri. Menarik untuk disimak bahwa Rolf McPherson, putra Aimee, tidak ingat bahwa Kathryn pernah menjadi murid di sekolah itu.

Meskipun tidak pernah bertemu Aimee secara pribadi, pengaruh-pengaruh pelayanannya menjadi bagian dari Kathryn. Ada satu perbedaan yang menyolok di antara mereka: Aimee mengajar orang-orang untuk berusaha mendapatkan baptisan Roh Kudus; sedangkan Kathryn berpendapat bahwa “berusaha mendapatkan hal itu” merupakan satu tindakan yang menyebabkan perpecahan. Kathryn adalah penganut aliran Pentakosta, namun tidak memperdebatkan hal itu. Orang-orang selalu membandingkan Kathryn dengan Aimee, namun enam tahun setelah kematian Aimee yang terlalu cepat barulah Kathryn menjadi berita utama nasional.

GEREJA MEDIA
Khotbah Kathryn didengar di seluruh penjuru Amerika Serikat dan berbagai tempat di dunia melalui siaran radio gelombang pendek. Tampaknya Amerika hampir tidak sabar menunggu suara yang hangat dan menyenangkan yang bertanya kepada para pendengar di awak acaranya, “Hallo, apakah Anda sedang menantikan saya?”

Acara radionya tidak bersifat agama dan membosankan. Sebaliknya acaranya membuat seseorang merasa seakan-akan Kathryn Kuhlman baru singgah untuk minum kopi. Dia melayani kebutuhan, kecemasan dan luka hati para pendengarnya, dan penghiburannya mengubahkan kehidupan banyak orang. Dia sering tertawa kecil sehingga membuat para pendengarnya merasa seolah-olah mereka baru bicara dari hati ke hati dengannya. Jika dia ingin menangis – dia pun menangis; jika ingin menyanyi – dia pun menyanyi. Kathryn memiliki kemampuan melayani melalui radio persis seperti ketika dia melayani di muka umum. Tidak banyak orang yang bisa melakukan hal itu, namun Kathryn berbeda. Atas desakan orang banyak, yayasan Kuhlman diminta memberikan rekaman-rekaman lama dari siaran radionya ke stasiun-stasiun radio selama enam tahun setelah kematiannya!

Selama lebih dari delapan tahun sebelum meninggal, acara mingguannya di televisi diudarakan ke seluruh penjuru negara. Saat itu, acaranya merupakan acara setengah jam yang paling lama ditayangkan yang diproduksi di studio-studio CBS, meskipun tidak ditayangkan di jaringan CBS.

HARUS DENGAN CARA “KATHRYN”
Jika sepertinya dia tidak akan memiliki kebebasan atau jika ada hadirin yang patut diragukan yang mungkin akan mengotori pelayanannya, dia membatalkannya. Dikatakan bahwa “mereka yang memimpin menjadi tidak lagi bisa memimpin” bila ada Kathryn.

Kebaktiannya dipindahkan dari Carnegie Hall ke Gereja First Presbyterian di Pittsburgh, dan selama bertahun-tahun semua sesi itu dihadiri oleh beberapa sarjana Alkitab paling terkemuka di Pittsburgh. Sepuluh tahun sebelum meninggal, dia mengadakan kebaktian bulanan di Shrine Auditorium, Los Angeles, dan di sana dia melayani ribuan orang yang tak terhitung banyaknya, dan ratusan orang disembuhkan. Dia juga berkhotbah di berbagai gereja yang besar, konferensi dan kebaktian internasional. Dia sangat suka melayani di Full Gospel Business Men’s Fellowship International, suatu organisasi orang awam yang didirikan oleh Demos Shakarian di Los Angeles.

Beberapa tahun kemudian, Kathryn baru setuju menggabungkan kebaktian mukjizat dengan konferensi yang lain. Dia merasakan bahwa pembatasan dalam konferensi umum dengan jadwal dan batasan waktu, mungkin akan menghambat kebebasan Roh Kudus yang merupakan bagian utama dalam setiap kebaktiannya.

Jika ada kelompok lain menginginkan Kathryn berkhotbah bagi mereka, mereka harus menyesuaikan acara mereka dengan gayanya. Dia tahu bahwa Tuhan telah memanggilnya untuk melayani dengan satu cara tertentu, dan tidak akan ada perubahan. Jika sepertinya dia tidak akan memiliki kebebasan atau jika ada hadirin yang patut diragukan yang mungkin akan mengotori pelayanannya, dia membatalkannya. Dikatakan bahwa “mereka yang memimpin tidak lagi bisa memimpin” bila ada Kathryn.

DIA MATI RIBUAN KALI
Kathryn tidak pernah berkhotbah menentang rokok atau minuman keras. Dia tidak menggunakan semua itu, namun tidak mau mengucilkan orang lain. Di samping itu, dia pun tidak menyukai cara beberapa penginjil kesembuhan dalam melayani. Kathryn merasa bahwa cara mereka itu “kasar” dan dia tidak akan mendukung pelayanan semacam itu.

Dia tidak mengajarkan bahwa sakit penyakit berasal dari iblis. Kathryn menghindari pokok permasalahan ini, dan sebaliknya menunjukkan bahwa Tuhan itu sungguh besar. Dia merasa bahwa jika dia bisa membuat mata orang-orang itu tertuju kepada Tuhan maka segala sesuatu akan berjalan dengan semestinya. Pada awal pelayanannya, dia mendorong orang-orang agar meninggalkan denominasi mereka. Dalam pelayanannya di kemudian hari, Kathryn mendorong mereka untuk kembali dan menjadi terang yang bercahaya serta kekuatan dalam hal kesembuhan.

Dikatakan bahwa hidup Kathryn adalah doa. Karena terus menerus bepergian, dia tidak memiliki waktu tertentu untuk berdoa. Jadi, dia belajar memakai tempat di mana pun dia berada menjadi tempat doa pribadi. Sebelum memulai kebaktian, Kathryn selalu terlihat “berjalan ke sana kemari, menengadah, menunduk, tangan terentang, kedua tangannya menyatu di belakang punggungnya.” Wajahnya basah oleh air mata. Tampak dia berdoa kepada Tuhan dan berkata, “Yesus yang lembut, janganlah mengambil Roh-Mu dariku.”

Meskipun doa yang begitu dalam ini tampaknya merupakan sesuatu yang pribadi, tidak demikian halnya dengan Kathryn. Seringkali dia selalu disela oleh pertanyaan dan dijawabnya, dan kemudian kembali melanjutkan doa yang dalam itu hampir setiap kali disela. Oral Roberts menggambarkan hubungan Kathryn dengan Roh Kudus sebagai berikut:

“Mereka seolah bergantian berbicara, dan Anda tidak dapat mengatakan di mana Kathryn memulainya dan Roh Kudus berhenti. Itu merupakan satu kesatuan.”

Orang-orang dari berbagai macam kedudukan dan denominasi hadir dalam kebaktiannya: mulai orang Katolik, Episkopal, Baptis, Pentakosta, pemabuk, orang sakit, orang sekarat, orang-orang yang sangat rohani, sampai mereka yang belum bertobat. Dan Kathryn tahu bahwa dia adalah satu bejana yang akan menuntun mereka kepada Tuhan. Bagaimanapun juga, dia mampu melewati segala rintangan dan membuat mereka memiliki tingkat pemahaman yang sama. Bagaimana dia melakukannya? Saya percaya bahwa itu karena dia sungguh berserah kepada roh Kudus. Kathryn selalu mengatakan, “Saya mati ribuan kali sebelum setiap kebaktian.”

Sebagai seorang penginjil beraliran oikumene, Kathryn tidak pernah mengizinkan karunia-karunia rohani seperti karunia bahasa lidah, karunia menafsirkan bahasa lidah, atau karunia bernubuat untuk berlangsung dalam kebaktiannya. Jika ada orang berulang kali berbicara dalam bahasa lidah keras-keras hingga mengganggu, dengan bijaksana dia memindahkan mereka dari tempat kebaktian. Kathryn percaya pada semua karunia Roh Kudus, namun tidak ingin melakukan sesuatu yang akan menghambat atau membuat perhatian orang-orang yang belum mengenal hal itu bergeser dari keyakinan yang sederhana kepada Tuhan.

Meskipun demikian, dia mengizinkan orang-orang untuk “rebah dalam Roh.” Banyak yang menjadi percaya akan kemuliaan kuasa Tuhan hanya karena menyaksikan manifestasi itu. Kathryn memaparkan penjelasan yang sederhana ini:

“Satu-satunya yang dapat saya percayai adalah bahwa diri rohani kita ini tidak dipasang kabel listrik untuk kuasa Allah yang sepenuhnya, dan seandainya kita tersambung dengan kuasa itu, kita benar-benar tidak mampu bertahan. Kita dipasang kabel listrik untuk daya listrik yang rendah, Tuhanlah yang memiliki daya listrik yang tinggi itu melalui Roh Kudus.”

Dia tidak pernah meninggalkan mimbar, sekalipun ketika penyanyi tunggal atau pemain musik sedang melayani. Biasanya dia menepi ke sisi mimbar, namun selalu menatap hadirin, berdiri, tersenyum, dan mengangkat tangannya kepada Tuhan.

Kathryn selalu menyadari bahwa suatu saat dia akan berdiri di hadapan Tuhan dan mempertanggungjawabkan pelayanannya. Dia tidak pernah percaya bahwa dia adalah pilihan utama Allah bagi pelayanan itu. Dia percaya bahwa ada seseorang yang dipanggil untuk melakukannya, namun orang itu tidak mau membayar harga. Bahkan dia tidak pernah merasa benar-benar yakin apakah dia adalah pilihan kedua maupun ketiga, namun dia tahu benar bahwa dia telah menjawab “ya” kepada Tuhan. Pelayanannya menonjol sebagai salah satu di antara pelayanan yang terkenal, jika bukan pelayanan yang terkemuka, dari Gerakan Karismatik.

TERLALU BANYAK UNTUK DISEBUTKAN …
Meskipun ribuan demi ribuan mukjizat terjadi, bagi Kathryn mukjizat yang terbesar adalah ketika seorang mengalami kelahiran baru.

Apakah sebagian dari mukjizat yang terkenal? Meskipun ada ribuan demi ribuan mukjizat yang terjadi, bagi Kathryn, mukjizat yang terbesar adalah ketika seseorang mengalami kelahiran baru. Suatu waktu seorang anak laki-laki berusia lima tahun yang pincang sejak lahir, berjalan menghampiri mimbar Kathryn tanpa dibantu siapa pun. Pada kesempatan lain, seorang wanita yang lumpuh dan selalu duduk di kursi roda selama dua belas tahun, berjalan menuju mimbar tanpa bantuan suaminya. Seorang pria dari Philadelphia yang menggunakan alat penormal denyut jantung delapan bulan sebelumnya, merasakan sakit yang amat sangat di dadanya setelah Kathryn menumpangkan tangan. Sekembalinya ke rumah, dia melihat bahwa bekas luka itu telah lenyap dari dadanya, tempa alat penormal denyut jantung itu ditanamkan dan dia tidak bisa mengatakan apakah alat itu masih bekerja. Kemudian, ketika dokter memeriksa dengan sinar X, dia melihat bahwa alat itu tidak ada lagi dan jantung orang ini disembuhkan.

Sudah menjadi hal yang lazim bila tumor lenyap, kanker sirna, orang buta melihat dan orang tuli mendengar. Sakit kepala akibat migrain sembuh seketika. Bahkan gigi pun bisa tumbuh secara ajaib. Rasanya tidak mungkin menuliskan semua mukjizat yang telah disaksikan pelayanan Kathryn Kuhlman! Hanya Tuhan yang tahu.

Kathryn dikenal selalu menangis penuh sukacita bila melihat ribuan orang disembuhkan oleh kuasa Allah. Beberapa orang bahkan mengingat air matanya bercucuran ke tangan mereka.

Di samping itu, Kathryn juga selalu menangis bila melihat ada orang yang pulang dari kebaktian dalam keadaan tetap sakit atau di kursi roda. Dia tidak pernah berusaha menjelaskan mengapa sebagian orang menerima kesembuhan sedangkan yang lain tidak. Dia percaya bahwa itu semua merupakan tanggung jawab Allah. Dia suka menganggap dirinya sebagai orang dalam penjualan, bukannya manajemen. Apa pun yang diputuskan oleh Manajemen untuk dilakukannya, dia harus taat. Tetapi dia tidak berkata bahwa itu akan menjadi salah satu pertanyaan pertama yang akan diajukannya kepada Tuhan di surga nanti!

MEMULAI PELAYANAN DI UTARA
Pada bulan Agustus 1952, Kathryn berkhotbah sebanyak lebih dari lima belas ribu kali di tenda Rex Humbard di Akron, Ohio. Beberapa jam menjelang fajar sebelum kebaktian Minggu Kathryn diadakan pertama kalinya, keluarga Humbard terjaga oleh ketukan yang keras di pintu rumah mobil mereka. Yang datang adalah seorang polisi dan dia berkata, “Pendeta Humbard, Anda harus mengambil tindakan. Ada orang hampir delapan belas ribu banyaknya di luar tenda itu.” Saat itu pukul 4 pagi dan kebaktian baru akan diadakan pukul 11 siang.

Kathryn sudah terbiasa melihat banyak orang tidak bisa tertampung dalam satu atap atu dalam satu tenda. Maka dia berkata kepada Humbard bahwa hanya ada satu hal yang harus dilakukan, yakni mereka harus memulai kebaktian pada pukul 8 pagi. Dan itulah yang mereka lakukan! Maude Aimee, istri Rex, ingat bahwa Kathryn melayani sampai pukul 2.30 siang itu.

Seusai semua kebaktian tersebut, keluarga Humbards menghentikan rumah mobil mereka di Akron kemudian mendirikan salah satu gereja terbesar dan pelayanan televisi pada masa itu – tahun 1960-an sampai 1970-an. Kathryn dan keluarga Humbard juga menjalin persahabatan yang kekal karena pengalaman mereka di Akron itu.

Kurang lebih pada saat itu pula, Kathryn dinyatakan menderita pembesaran jantung dan katup jantung yang tidak sempurna. Namun dia tetap melangkah dan tetap bergantung sepenuhnya kepada Roh Kudus.

KILAUAN DAN BINTANG-BINTANG YANG BERJATUHAN
Kini Kathryn telah menjadi tokoh selebritis di kalangan orang Kristen maupun dunia. Para bintang film hadir ke kebaktiannya. Bahkan wanita pemain komedi, Phyllis Diller, menganjurkan seorang penggemarnya yang sedang sekarat agar membaca salah satu buku Kathryn. Paus bertemu secara pribadi dengannya di Vatikan dan menghadiahinya anting-anting berukir burung merpati. Kota-kota terbesar di Amerika memberinya “kunci” ke kota-kota mereka. Bahkan Vietnam memberinya Mendali Kehormatan atas peranannya kepada orang-orang yang terluka.

Tentu saja di tengah semua penghargaan yang diterimanya muncul juga berbagai serangan. Dia bisa bersikap tidak peduli terhadap beberapa serangan tersebut. Namun ada beberapa yang sangat melukai hatinya. Salah satu adalah pengkhianatan karyawannya, Dino Kartsonakis dan kakak ipar Dino, Paul Bartholomew.

Para bintang film hadir dalam kebaktiannya. Bahkan pemain komedi wanita, Phyllis Diller, menganjurkan seorang penggemarnya yang sekarat agar membaca salah satu buku Kathryn.

Pendek cerita, Paul dan Dino menuntut tambahan gaji dalam kontrak mereka setelah mengetahui bahwa yayasan Kuhlman telah menandatangani kontrak dengan berbagai media.

Kathryn benar-benar menyukai keberadaan Dino. Banyak di antara orang-orang yang hadir di kebaktiannya ingat caranya dengan penuh kasih memperkenalkan Dino dan berkata sambil merentangkan lengannya lebar-lebar, “Dan kini, inilaaah Diiino!” Kathryn menerima Kartsonakis tanpa mengetahui asal-usulnya dan mulai melibatkannya dalam pelayanan internasional. Konon Kathryn memberinya berbagai pakaian yang terbaik dan selalu memuji-muji dia di hadapan media.

Namun Dino tampaknya telah terpengaruh oleh kakak iparnya, Paul Bartholomew. Meskipun Bartholomew adalah anggota staf yang paling tinggi gajinya, dia menginginkan yang lebih banyak dan akhirnya menuntut jumlah uang yang tidak masuk akal Kathryn. Dan ketika Kathryn tidak setuju dengan hubungan yang dipublikasikan antara Dino dan seorang gadis pertunjukkan, Dino sakit hati dan ikut menuntut uang yang lebih banyak. Akibatnya, Kathryn memecat mereka berdua. Tetapi tidak sebelum mereka beberapa kali melontarkan tuduhan kepadanya di muka umum mengenai karakternya dan didengar di seluruh dunia.

Dalam kehidupan selanjutnya, Kathryn tidak menghabiskan banyak waktu untuk menganalisa karakter anggota stafnya. Sebaliknya, dia memilih orang-orang yang benar-benar disukainya, namun seringkali kegembiraan yang dirasakannya tidak berumur panjang dan yang tertinggal hanyalah sakit hati. Mungkin kesalahannya dalam memilih karyawan adalah karena kelelahan fisik dan jiwa yang dirasakannya. Jadwalnya sangat padat. Meskipun dia telah diperingatkan bahwa mempekerjakan Bartholemew dan Kartsonakis adalah tindakan yang salah, Kathryn tetap mempekerjakan mereka hingga akhirnya mengakibatkan kegagalan seperti yang terdahulu.

Meskipun mungkin ada kesalahan dalam menghakimi, kurang pengertian dan berbagai kesalahan yang dilakukannya terhadap orang-orang di sekitarnya, dia tidak pernah mengizinkan kedagingan mengambil bagian dalam setiap gerakan Roh Kudus, dan tidak pernah mengambil pujian sedikit pun. Kathryn Kuhlman selalu memberikan kemuliaan kepada Tuhan.

Dengan pelayanan yang terus berjalan secara luar biasa, beberapa denominasi yang besar memuji Kathryn karena memiliki pelayanan Roh Kudus yang paling murni pada zaman itu. Kathryn tidak memiliki acara rahasia maupun motif terselubung, yang Anda lihat itulah yang sebenarnya. Dia tidak pernah pura-pura memiliki jawaban padahal sebenarnya tidak, dan selalu merasa khawatir kalau mendukakan Roh Kudus. Kathryn tetap memegang komitmen, tunduk, jujur, dan tulus di sepanjang hidupnya.

BAGAIMANA ANDA BISA TIDAK MENDAPATKAN TEMPAT DUDUK?
Pada tahun 1968, Kathryn melayani di tempat Pat Robertson dan rekannya, Jim Bakker, di hadapan hadirin sebanyak lebih dari tiga ribu orang. Tidak lama setelah kebaktian dimulai, sederatan tempat duduk terlepas dan terjungkir ke dinding. Banyak orang jatuh ke lantai atau tergantung di udara. Regu penyelamat datang dan mengusung beberapa orang keluar. Kursi-kursi lipat menggantikan tempat duduk itu dan akhirnya kebaktian pun kembali berjalan normal – namun Nona Kuhlman tidak menyadari kejadian tersebut dan hampir menyelesaikan separuh khotbahnya!

Tahun 1968, Kathryn pergi ke berbagai negara ke Israel, Finlandia, dan Swedia. Dia menjadi bintang tamu di The Johnny Carson Show, The Dinah Shore Show, dan banyak lagi lainnya. Meskipun Kathryn sangat diplomatis dan diterima oleh semua kalangan masyarakat, dia masih memanifestasikan kuasa Roh Kudus dalam hidupnya pada semua acara media itu. Konon para karyawan studio-studio CBS selalu tahu bila Kathryn memasuki gedung karena suasana menjadi berubah sama sekali.

Pada tahun 1975, meskipun kini dia hampir berusia tujuh puluh tahun dan menjadi lemah karena sakit, Kathryn melakukan perjalanan ke Yerusalem untuk berkhotbah di Konferensi Dunia Kedua mengenai Roh Kudus. Meskipun telah berusia senja dan menderita beberapa penyakit, Dia masih tetap penuh semangat bisa menyangkut pelayanan.

Kathryn telah mendengar bahwa Bob Mumford akan menjadi pembicara di sana dan dia mengancam akan membatalkan jadwalnya karena hal itu. Kathryn mengatakan bahwa pengajaran Bob mengenai pemuridan benar-benar menyimpang dan dia tidak mau terlibat. Namun akhirnya Kathryn pergi ke Israel dan membantu banyak orang Timur Tengah mengalami pelayanan Roh Kudus.

JIWAKU BAIK-BAIK SAJA
Mungkinkah karena Kathryn tahu bahwa dia tidak akan pernah kembali ke mimbar itu? Mungkinkah saat itu dia mengucapkan selamat tinggal pada pelayanannya di dunia?

Kebaktian mukjizat yang terakhir dalam pelayanan Kathryn Kuhlman diadakan di Shrine Auditorium, Los Angeles, California, pada tanggal 16 November 1975. Ketika dia meninggalkan gedung tersebut, seorang karyawan kantor Nona Kuhlman dari Hollywood melihat sesuatu yang tidak akan dilupakannya.

Ketika semua orang telah meninggalkan aula, diam-diam Kathryn berjalan ke tepi panggung. Dia mengangkat kedua tangannya dan pelan-pelan mengamati balkon seakan-akan sedang menatap setiap kursi. Ini bagaikan sebuah keabadian. Kemudian Kathryn menujukan pandangannya pada balkon kedua, menyusuri setiap deretan kursi dengan matanya. Kemudian dia menatap lantai bawah sambil memeriksa setiap kursi.

Kita hanya bisa membayangkan apa yang sedang ada dalam benak Kathryn, berbagai kenangan, kemenangan, kesembuhan, gelak tawa, dan air mata. Mungkinkah karena Kathryn tahu bahwa dia tidak akan pernah kembali ke mimbar itu? Mungkinkah saat itu dia mengucapkan selamat tinggal pada pelayanannya di dunia?

Hanya tiga minggu lebih setelah tanggal 16 November, Kathryn terbaring dalam keadaan sekarat di Pusat Kesehatan Hillcrest, Tulsa, Oklahoma, setelah menjalani operasi jantung.

Saat itu Kathryn telah menyerahkan seluruh kendali pelayanannya kepada Tink Wilkerson, yang tadinya adalah pengusaha mobil di Tulsa, Oklahoma. Wilkerson adalah putra almarhum Jennie Wilkerson, seorang nabiah Tuhan.

Wilkerson bersama-sama dengan Kathryn hanya selama sepuluh bulan. Dia mempercayi Wilkerson. Wilkerson yang memilih tempat bagi Kathryn untuk menjalani operasi jantung. Setelah Kathryn meninggal, dia meninggalkan sebagian besar tanah milikny kepada Wilkerson. Ketika para anggota staf ditanya mengenai Wilkerson, mereka memberikan jawaban yang berbeda. Sebagian merasa bahwa Wilkerson menipu Kathryn, sedangkan yang lain merasa bahwa dia diutus Tuhan pada saat terakhir Kathryn. Meskipun demikian, media semakin menjadi-jadi menyoroti penyebab Wilkerson menerima sebagian besar tanah milik Kathryn, sedangkan Maggie Hartner yang telah menjadi rekannya selama bertahun-tahun hanya menerima sedikit saja.

Tahun 1992, Wilkerson dinyatakan bersalah oleh dua pengadilan daerah Oklahoma di Amerika Serikat atas tuduhan penipuan dalam bisnis mobil yang sebelumnya digelutinya. Dia akan dibebaskan dari penjara pada musim panas 1993 dan saat itu dia merencanakan menulis buku mengenai persahabatan antara dia bersama istrinya dengan Kathryn. Wilkerson tetap tidak mau berkata apa-apa saat itu, mungkin karena dia menghormati Kathryn. Saya yakin dia memiliki cerita yang perlu diungkapkan.

“SAYA INGIN PULANG”
Kathryn Kuhlman adalah kekayaan yang sungguh istimewa. Pelayanannya membuka jalan bagi kita untuk mengenal Roh Kudus dalam generasi akita. Dia berusaha menunjukkan kepada kita cara bersekutu dengan-Nya dan mengasihi Dia. Dia sungguh memiliki kemampuan untuk menyatakan bahwa Roh Kudus adalah Sahabat kita.

Oral dan Evelyn Roberts termasuk segelintir pengunjung yang diizinkan melihat Kathryn di Pusat Kesehatan Hillcrest. Ketika mereka memasuki kamarnya dan menghampiri sisi tempat tidurnya untuk mendoakan kesembuhannya, Oral teringat akan satu peristiwa khusus. “Ketika Kathryn mengetahui bahwa kami ke sana untuk mendoakan kesembuhannya, dia merentangkan kedua tangannya kemudian menuding ke langit.” Evelyn Roberts memandang Oral dan berkata, “Dia tidak ingin kita mendoakannya. Dia ingin pulang.”

Kakak perempuan Kathryn, Myrtle, menerima pesan yang sama dari Kathryn. Dia berkata kepada Wilkerson, “Kathryn ingin pulang.”

Wanita luar biasa yang berambut merah, yang memperkenalkan pelayanan Roh Kudus bagi generasi kita dan menggetarkan jutaan hati akhirnya terpenuhi keinginannya untuk pergi. Konon Roh Kudus turun atasnya sekali lagi dan wajahnya mulai bercahaya. Perawat di kamarnya melihat satu sinar yang menyelebungi tempat tidurnya dan menciptakan satu damai sejahtera yang tidak terlukiskan. Jumat, pukul 8.20 malam, tanggal 20 Februari 1976, Kathryn Kuhlman berpulang ke pangkuan Bapa. Dia berusia enam puluh delapan tahun.

Oral Roberts mempimpin upacara pemakamannya di Forest Lawn Memorial Park, Glendale, California. Kathryn dimakamkan di pemakaman yang sama sejauh setengah mil dari makam Aimee Semple McPherson. Pada saat Kathryn meninggal, Oral mendapat penglihatan bahwa Tuhan akan membangkitkan dan menyebarkan pelayanan-pelayanan yang sama ke seluruh dunia, menjadikan kebesaran kuasa Allah semakin luar biasa dibanding yang dilakukan-Nya melalui hidup Kathryn.

Kathryn Kuhlman adalah kekayaan yang sungguh istimewa. Pelayanannya membuka jalan bagi kita untuk mengenal Roh Kudus dalam generasi kita. Dia berusaha menunjukkan kepada kita cara bersekutu dengan-Nya dan mengasihi Dia. Dia sungguh memiliki kemampuan untuk menyatakan bahwa Roh Kudus adalah Sahabat kita. Maka tidak seorang pu termasuk dia, dapat mengakhiri bab ini:

“Dunia ini menyebut saya orang bodoh karena telah memberikan seluruh hidup saya bagi Seseorang yang belum pernah saya lihat. Saya tahu persis apa yang saya katakan pada saat saya berdiri di hadapan hadirat-Nya. Ketika saya memandang wajah Yesus yang sungguh mengagumkan itu, saya hanya memiliki satu hal untuk diucapkan: ‘Saya berusaha.’ Saya sungguh-sungguh memberikan yang terbaik dari diri saya. Penebusan atas diri saya akan disempurnakan ketika saya berdiri dan memandang Dia yang membuat semua ini menjadi mungkin.”