14.05

RASA TERTOLAK

Apakah anda pernah merasa tertolak dalam hidup ini? Ini pertanyaan klise. Kita semua hampir pernah mempunyai pengalaman tertolak sehingga kejadian itu membuat kita demikian sedih dan trauma. Rasanya tidak pernah terukur, untuk menggambarkan kesedihan hati, kekecewaan dan kepahitan, manakala dalam suatu kesempatan, harapan dan keinginan kita menjadi kandas begitu saja, akibat suatu penolakan.

Apalagi jika penolakan itu menyangkut suasana hati dan melibatkan orang-orang, yang membuat kita berharap banyak pada mereka, sungguh pengalaman itu menjadi kenangan yang tak pernah dilupakan. Selalu saja ada hal-hal yang akan mengingatkan kita akan kejadian itu manakala kita bertindak melupakannya. Sebagai manusia, pantaslah kita memiliki rasa kecewa atas penolakan yang menimpa kita.

Kita perlu belajar dari Tuhan Yesus yang sepanjang hidupnya, menjadi figur tertolak. Sejak Ia lahir, di kandang, Ia sudah tertolak. Dunia tidak menerimaNya dan tidak ada tempat bagiNya sehingga Ia harus dilahirkan di kandang domba. Sepanjang perjalanan kepemimpinanNya, ia juga mengalami saat-saat sedih atas orang-orang yang menolak kehadiranNya. Terutama yang berasal dari para ahli Taurat dan kaum Farisi. Saat mengakhiri kegiatanNya di bumi, Yesus kembali tertolak. KematianNya adalah klimaks penolakan dunia terhadap diriNya.

Berbeda dengan manusia, Yesus tidak kecewa! Sepanjang hidupNya di dunia, Ia mengalami penolakan dari orang-orang yang dikasihiNya tetapi Ia tidak kecewa, sakit hati atau mengalami kepahitan. Yesus malah mengasihi orang-orang yang menolaknya dan mengorbankan dirinya bagi mereka. Demikianlah hendaknya kita meneladani sikap Yesus yang begitu luhur dan mulia menghadapi penolakan dunia atas diriNya.

Dia sangat mengasihi kita karena Dia adalah kasih itu. Kekecewaan demi kekecewaan yang kita alami terjadi karena kita terlalu berharap pada manusia. Tetapi firman Tuhan menegaskan bahwa marilah kita berharap pada Tuhan saja sebab hanya dengan cara itu, kita memperoleh jaminan kebahagian dan jauh dari kesedihan. Di dalam Dia kita memperoleh dan menuai kasih. Kita menjadi gembira dan tersenyum setiap saat manakala mengingat betapa sesungguhnya Ia mengasihi kita. Jika pengharapan kita didasarkan pada kasih, maka Tuhan memakai setiap kejadian dalam hidup kita untuk membentuk kita semakin dewasa dalam iman.

Fokus pada Tuhan adalah sebuah panggilan bagi kita orang percaya yang selama ini terlalu mementingkan hal-hal duniawi. Kita harus memutuskan saat ini juga untuk mulai menggeser paradigma pengharapan kita dari manusia kepada Allah. Jika kita ingin beranjak dari kekecewaan dan rasa sakit yang mendalam, yang selama ini membuat kita begitu sedih, atas pengalaman penolakan yang kita terima, halus atau kasar dari manusia, firman Tuhan mengingatkan kita kembali: Marilah menaruh pengharapan pada Allah.

Tidak ada jawaban dari manusia. Manusia hanya akan membuat kita sedih dan merasa kecewa. Pergumulan-pergumulan kita selama ini, juga patut kita bawa di hadapan Tuhan sebab Dia mempunyai jawaban yang pasti bagi kita. Tetapi mari datang pada Allah sebab dirinya adalah jawaban segala pergumulan hati kita yang pasti menjawab atas doa-doa kita kepadaNya. Mari kita biarkan diri kita menjalani saja kehidupan ini yang sudah diatur bagi kita, kepada siapa kita bertemu dan berpisah, sedih atau senang, bahagia atau gembira, diterima atau ditolak.

In His Time ... Dia selalu punya rencana yang indah bagi kita.