13.56

Daud Dan Hebron

Shalom! Sebuah kisah unik terjadi : Sudah sebagai ‘raja’, di lantik lagi untuk di jadikan ‘raja’ di tempat (pelantikkan) yang sama ? Hebron! Itulah raja Daud yang masih muda untuk ke dua kalinya di lantik di Hebron menjadi raja atas Yehuda dan Israel.



Mari kita baca: 2 Samuel 5: 1‑5

………Maka datanglah semua tua‑tua Israel menghadap raja di Hebron, lalu raja Daud mengadakan perjanjian dengan mereka di Hebron dt hadapan TUHAN,‑ kemudian mereka mengurapi Daud menjadi raja atas Israel. Daud berumur tiga puluh tahun pada waktu ia menjadi raja; empat puluh tahun lamanya ia memerintah. Di Hebron ia memerintah atas Yehuda tujuh tahun enam bulan, dan di Yerusalem ia memerintah tiga puluh tiga tahun atas seluruh Israel dan Yehuda”



Mengapa raja Daud (harus) dilantik ulang di Hebron untuk memerintah sebagai raja atas Yehuda dan Israel? Tentu Allah yang berdaulat mengatur semuanya sekaligus merupakan firman nubuat yang mengandung makna dan berkat besar bagi anda (d.h.i. kaum muda).



Di Hebronlah tempat pertama kali bagi Daud dilantik sebagai raja atas Yehuda (2 Sam. 2:1‑11)

“…Lalu kata Daud: "Ke mana aku pergi?" Firman-Nya: "Ke Hebron.”…Kemudian datanglah orang-orang Yehuda, lalu mengurapi Daud di sana menjadi raja atas kaum Yehuda. … Dan lamanya Daud memerintah di Hebron atas kaum Yehuda adalah tujuh tahun dan enam bulan.



‘Hebron’ berarti: Persahabatan, Persekutuan, Asosiasi/Perkumpulan yang menyatukan.



Kita memang menemukan dalam diri Daud, seorang muda yang dalam seluruh aspek hidupnya memiliki karakter cinta ‘perdamaian’ dan ‘persahabatan’; maka pantaslah Daud dilantik di Hebron yang berarti ‘persahabatan’, bahkan sampai dua kali Daud dilantik di sana! Buktinya:



Tentang Kematian Raja Saul



Setelah mengetahui raja Saul (mertuanya yang sangat memusuhi dan mau membunuhnya) mati, Daud bukannya jadi senang karena telah gugur ‘musuh’nya, sebaliknya Daud menyatakan kasihnya yang tulus ikhlas tanpa pamrih (khusus) kepada mertuanya dan iparnya yang gugur, dengan sangat berduka cita, menangis, merobek jubah (tanda duka cita yang mendalam) sambil berpuasa (2Sam. 1:11-12, 17-27)! Sebab hati Daud cocok dengan hati Allah (bnd. Kis. 13:22), hati yang tidak ingin dan tidak mau bermusuhan (kecuaIi musuh Allah menjadi musuhnya), hati yang selalu ingin berdamai, bersekutu; dan itu dilakukan raja Daud dengan sungguh-sungguh!!!



Memiliki karakter ‘Hebron’ ini penting sekali, kalau kita mau menjadi raja bersama Tuhan kelak, maka langkah awal dalam hidup anda adalah langkah (yang menuju) ke persekutuan dan persahabatan. Sekali pun ada orang yang tidak suka kepada kita bahkan memusuhi kita, maka kita tetap mencintai mereka (bnd. Mat 5:38-48). Setelah raja Saul mati, bertanyalah Daud kepada Tuhan, kemana dia harus pergi? Tuhan menjawab : “Ke Hebron”. Ini berarti, apapun yang terjadi, Tuhan mau kita (yang rindu menjadi raja bersama-Nya) melangkah ke ‘Hebron’, ke ‘persahabatan dan persekutuan’. Kalau Tuhan menyuruh kita untuk bersekutu dengan orang lain, yang mungkin tidak kita sukai, bersekutulah seturut kehendak Tuhan. Daud tidak tahu dan tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa di Hebronlah ia akan diurapi dan diangkat resmi sebagai raja atas suku Yehuda, bahkan 7 tahun 6 bulan kemudian ia akan diurapi ulang di tempat yang sama - Hebron - menjadi raja atas Yehuda dan Israel!!!



Kita perlu belajar dengan hati rendah, ikhlas dan jujur, bahwa kalau kita mau menjadi raja maka hal ambisi (yang merusak) harus dihilangkan, dan kita mengawali langkah kita dengan menuju ke Hebron, menuju ke persahabatan. Tidak ada bangsa manapun yang ingin mempunyai seorang raja yang bengis penuh iri hari dan dendam seperti raja Saul. Daud datang ke Hebron karena Tuhan yang menyuruh! Dan Tuhan mengangkat dia dari dan di Hebron. Dua kali kita sudah membaca bagaimana kedudukan dan kepemimpinan raja Daud semakin meningkat dan meluas. Berarti kalau hati anda memiliki jiwa ‘persahabatan’ dan suka ‘damai’, maka Tuhan akan mempercayakan dan mengembangkan kedudukan dan pelayanan anda dari yang kecil (bawah) ke hal yang lebih besar (tinggi dan luas). Firman Allah mengatakan kalau kita setia di dalam perkara yang kecil, maka Tuhan akan memberikan kepada kita kepercayaan yang lebih besar (Mat. 25:21, 23 Luk. 16:10).



Sebuah kisah yang memilukan hati dan menjadi peringatan bagi anda: Seorang anak muda ‘tewas’ mengenaskan karena telah menyalah-gunakan tempat ‘Hebron’ (= persahabatan) sebagai tempat mengangkat diri menjadi ‘raja’. Kisahnya begini: Sebelum berakhir pemerintahan raja Daud, seorang dari anak raja Daud yang bernama Absalom, sudah (coba-coba) mengangkat diri sebagai raja di Hebron.

Peristiwanya tertulis demikian:



Absalom mengangkat diri

[Sesudah itu Absalom menyediakan baginya sebuah kereta serta kuda dan lima puluh orang yang berlari di depannya. ... Setiap pagi berdirilah Absalom di tepi jalan yang menuju pintu gerbang. Setiap orang yang mempunyai perkara dan yang mau masuk menghadap raja untuk diadili perkaranya, orang itu dipanggil Absalom …kata Absalom: "Sekiranya aku diangkat menjadi hakim di negeri ini!…aku akan menyelesaikan perkaranya dengan adil."……dan demikianlah Absalom mencuri hati orang-orang Israel. Dalam pada itu Absalom telah mengirim utusan‑utusan rahasia kepada segenap suku Israel dengan pesan: “Segera sesudah kamu mendengar bunyi sangkakala, berserulah: Absalom sudah menjadi raja di Hebron!” (2 Sam. 15:1‑10)



Absalom mengkudeta raja Daud, ayahnya dan terbunuh

Adapun Absalom menunggangi bagal. Ketika bagal itu lewat di bawah jalinan dahan-dahan pohon tarbantin yang besar, tersangkutlah kepalanya pada pohon tarbantin itu, sehingga ia tergantung antara langit dan bumi,………Seseorang melihatnya, lalu memberitahu Yoab, katanya: “Aku melihat Absalom tergantung pada pohon tarbantin.” Yoab berkata kepada orang yang memberitahu kepadanya itu: "Apa? Jika engkau melihatnya, mengapa engkau tidak membanting dia ke tanah di tempat itu juga? ……Yoab berkata: "Aku tidak mau membuang-buang waktu dengan kau seperti ini." Lalu diambilnyalah tiga lembing dalam tangannya dan ditikamkannya ke dada Absalom, sedang ia masih hidup di tengah-tengah dahan pohon tarbantin itu.

Kemudian sepuluh bujang, pembawa senjata Yoab, mengelilingi Absalom, lalu memukul dan membunuh dia.] (2 Sam. 18:9-18)



Nasihat apa dibalik peristiwa yang tragis tsb?

Absalom merupakan anak Daud yang sangat berambisi dan sangat berhasil mencuri hati rakyat Israel dengan segala kelihaian dan kelicikan hatinya. Tapi ‘pengangkatan’ dirinya sebagai ‘raja’ bertolak belakang dengan ‘pengangkatan’ Daud, ayahnya menjadi raja! Daud diangkat oleh Tuhan, sedangkan Absalom mengangkat dirinya sendiri oleh ambisi sendiri. Padahal tidak ada seorangpun yang dapat mengangkat dirinya sendiri tanpa jatuh, hanya kalau Allah yang mengangkat seseorang maka tidak akan ada orang yang dapat menjatuhkannya. Kita harus mempunyai kerinduan untuk dipakai oleh Tuhan, bahkan rindu di angkat menjadi ‘raja’ bersama-Nya kelak, tetapi bukan dengan cara yang ditempuh oleh Absalom yang telah menyalah‑gunakan potensi dirinya, kedudukan dan segala fasilitas yang ada padanya sebagai anak raja. Dengan ambisi dan emosi ia mau menyaingi ayahnya dengan memberontak terhadap raja Daud. Tetapi sikap ambisi yang jahat membuat Allah tidak berkenan kepadanya, dan akhirnya dia kehilangan segala-galanya sekaligus nyawanya. Nasihat yang amat berharga, bahwa orang muda yang ambisius, dengan memberontak pada orang tuanya atau atasannya, tidak akan mendapatkan apa‑apa malah nama baik bahkan nyawanya jadi taruhan! Tuhan menentang orang yang congkak dan menganugerahkan rahmat kepada yang rendah hati dan hormatilah ayah ibumu (Yak 4:6, 10; 1Pet 5:5-6 Ef 6:1-3)!



Suatu saat Tuhan juga akan mengangkat kita menjadi raja bersama-Nya dalam kerajaan-Nya (Why 20:6; 22:5). Maka jangan cepat‑cepat mau yang besar, mulailah dari hal yang kecil dahulu, menjadi ‘raja’ atas diri sendiri (menaklukkan sifat-sifat buruk kita) dan bertumbuh dalam karakter yang ‘rendah hati’ dan suka ‘bersahabat’!



“Abraham cs dan Hebron”



Lebih jauh kita menelusuri kota ‘Hebron’ dengan peristiwa-peristiwa di dalamnya.



Pribadi-pribadi yang terkait (langsung) dengan ‘Hebron’ ini adalah: Abraham, Sarah, Ishak, Yakub. Dan ada apa dengan mereka ini?

Kepada:

Abraham dan Sarah: Allah berjanji, bahwa dari keturunan mereka akan melahirkan raja-raja (Kej. 17:6, 1-7, 15-19). [Dan dari pengakuan bani Het (orang Kanaan), Abraham adalah seorang raja agung (Kej. 23:5-6)]. ?

Kemudian lahirlah ? Ishak! (yang dijanjikan Allah!)



Ishak: Allah memperkuat teguhkan janji-Nya saat Ishak lahir, yang kepada Abraham, Allah menjanjikan raja-raja akan keluar dari keturunannya (bnd. Kej. 17:19).

Dan Ishak melahirkan ? Yakub!



Yakub (Israel): Juga terima janji Allah yang sama, bahwa dari keturunannya akan melahirkan raja-raja (Kej. 35:11)



Semua ini terkait dengan kota ? Hebron! Yang kelak memunculkan raja-raja yang besar dan terkenal. Ajaib bukan!



Kata ‘Hebron’ muncul pertama kali di kitab Kejadian 13:18, setelah Abram (= Abraham) berpisah dengan Lot, keponakannya (kej. 13). Saya yakin bahwa ‘kalimat apa dan peristiwa apa’ saja yang tertulis dalam Alkitab (PL & PB) tetap mengandung makna/rahasia rohani yang membawa berkat bagi orang percaya!



Masih ingat ‘Hebron’ yang berarti: Persahabatan, Persekutuan, Asosiasi/Perkumpulan yang menyatukan?



Mari kita telusuri beberapa kehidupan yang terkait dengan kota Hebron. (Kej. 13:18; 23:2 baca seluruh Kej. 13 & 23)



Hebron sebagai Basis Kegiatan Abraham.

Tuhan sangat memberkati Abraham juga Lot (keponakan Abraham) yang berkemah di antara Bethel dan Ai di tanah Kanaan. Namun kemudian terjadi pertengkaran antara para gembala Abraham dan para gembala Lot, jelas menyangkut masalah tanah peternakan yang tidak cukup luas bagi mereka. Abraham tidak ingin pertengkaran itu berlanjut, maka ia memberi kesempatan Lot untuk lebih dahulu memilih tanah peternakan. Dan Lot telah memilih lembah Yordan yang banyak airnya dan berkemah dekat Sodom!

Sikap Abraham yang suka berdamai dan mengalah itu membuat Allah lebih lagi memberkati Abraham. Setelah perpisahan itu, maka TUHAN berfirman kepada Abraham, bahwa daerah (timur, barat, selatan dan utara) sejauh apapun yang dapat dilihat oleh mata Abraham itu semua akan diberikan TUHAN kepada Abraham. Maka Abraham memindahkan kemahnya dan menetap di dekat Hebron dan didirikannyalah mezbah di situ bagi TUHAN. Kota Hebron dijadikan Abraham tempat titik tolak (atau basis) untuk segala kegiatannya, baik itu untuk menjelajahi tanah Kanaan yang dijanjikan TUHAN kepadanya maupun saat memberi pertolongan (kembali) kepada Lot, keponakannya. Segala sesuatunya dimulai dari Hebron. Ikutilah teladan Abraham ini yang tidak suka bertengkar tapi suka berdamai, dan menetaplah di ‘Hebron’ - Persahabatan, Persekutuan. Jadikan segala kegiatan anda berbasis perdamaian, persekutuan. Maka TUHAN yang telah sangat memberkati Abraham, bapa semua orang beriman (kepada Kristus Yesus), Ia pun akan memberkati anda sedemikian rupa jasmani terutama rohani (Gal 3:7-14)!



Hebron menjadi milik Abraham (Kej. 23)

Suatu hari Sarah, istri Abraham meninggal, Abraham bingung di mana dia harus memakamkan isteri tercintanya? Sebab sampai saat itu, Abraham masih sebagai orang perantauan yang tidak memiliki sebidang tanah apapun di Kanaan, walau ia sudah lama tinggal di Hebron. Maka ia memohon kepada penduduk asli (orang Het) untuk memberinya sebidang tanah untuk dimilikinya dan untuk menguburkan orang matinya (d.h.i. Sarah). Akhirnya permohonannya dikabulkan!

Alkitab dan sejarah membuktikan: Ishak dan Yakub lahir di situ. Sampai hari ini kota Hebron (Palestina) tetap merupakan tempat pemakaman Abraham, Sarah, Ishak, Ribka, Lea, Yakub dan lain‑lainnya (Kej. 49:29-32). Sekaligus sebagai tempat tinggal Ishak, Yakub dan keturunannya (Kej. 37 ~ 45).



Kalau memang ‘Hebron’ - persahabatan – menjadi kesukaan kita, milikilah secara jujur dan hormat. Karakter yang baik itu jangan hanya bersifat sementara, tapi permanen! Sebagaimana tanah Hebron dan sekitarnya telah ‘dibeli’ oleh Abraham dengan harga pantas saat itu, begitu pula karakter “Persahabatan, Persekutuan” harus kita miliki dengan membayar harga penuh! Oleh kematian Sarah, maka Abraham telah memiliki Hebron untuk selamanya! Demikian juga oleh kematian Yesus di atas salib, karakter ‘Hebron’ - persahabatan juga sudah disediakan buat kita untuk selamanya. Harga persekutuan dan perdamaian antara kita dengan Allah Bapa dan antara kita sesama, sudah dibayar lunas oleh Tuhan kita Yesus Kristus dengan darah-nyawa-Nya sendiri! Sangat menyedihkan jika ‘persekutuan dan persatuan’ kita hari-hari ini hanya diwujudkan dengan asal-asalan saja dan terpaksa! Artinya, kalau kita berfellowship, kita bersekutu dengan tubuh dan darah-Nya, ‘harga’ (termahal) yang sudah dibayar lunas oleh Yesus di atas salib, namun kita lakukan dengan asal-asalan??? Milikilah sekarang ‘Persekutuan dan persahabatan’ itu dengan cuma-cuma, dengan iman dan serius serta bersyukur kepada ALLAH dalam Kristus Yesus Tuhan kita!!!!



Hebron direbut kembali! (Yos 14:13-15, 6-12)

Seizin TUHAN keluarga Yakub (Israel) yang terdiri 70 orang berhijrah ke Mesir (karena kelaparan dahsyat – baca: Kej. 45~50). Sesudah 450 tahun di Mesir, bangsa Israel dituntunkembali ke tanah Perjanjian! Maka situasi dan kondisi tanah Kanaan sudah berubah; khususnya Hebron, yang tadinya adalah menjadi milik Abraham yang telah dibeli dengan harga tunai, kini sudah ‘diambil’ menjadi milik suku Enak (orang-orang raksasa). Maka tanah yang dijanjikan oleh Allah itu harus direbut kembali, daerah demi daerah sampai tuntas! Itu berarti perang! Ya, untuk merebut kembali kota Hebron dan kota-kota serta tanah lainnya, kini tidaklah semudah membalik telapak tangan. Untuk mendapatkannya kembali, bangsa Israel harus berperang. Siapakah yang akhirnya merebut Hebron kembali? Kaleb! Seorang yang telah berumur 83 tahun. Sungguh diluar dugaan!

Akhir zaman ini (melihat fakta) ‘persekutuan dan persahabatan yang ‘sesungguhnya’ sudah boleh dikatakan ‘langka’. Mau memperoleh kembali ‘Hebron’ – persekutuan? Berarti ‘perang’! Atau membiarkan ‘Hebron’ - persekutuan itu di atur oleh tabiat Enak (daging) yang raksasa yang tidak mencintai persahabatan = Persekutuan yang semu, yang dibuat oleh aturan manusia (organisasi)? Berarti ‘takluk’ kepada musuh! ‘Perang’ berarti suatu pergumulan yang gigih, sebab harus melawan dan mengalahkan sifat ‘kedagingan’ karakter duniawi kita sendiri yang ‘raksasa’! Mampukah kita? Tapi Allah telah menyertai dan memberikan kemenangan yang spektakuler kepada Kaleb, seorang kakek berusia 85 tahun!!! Karena semangatnya bersandar kepada TUHAN tidak pernah pudar! Usia boleh bertambah tapi semangat berjuang tidak boleh padam! Rasul Paulus berkata: “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot (tua), namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari penderitaan kami….” (2Kor. 4:16-18) Jangan menjadi Kristen ‘krupuk’, begitu kena ‘angin’ lalu lembek. Tapi jadilah Kristen sejati dan rebutlah kembali ‘Hebron’ – persahabatan dan persekutuan yang Tuhan kehendaki bagi gereja-Nya!



Hebron tempat perlindungan (Yos 21:13)

Kota Hebron telah direbut kembali. Kini kota itu (di perintahkan Allah kepada Israel) menjadi salah satu tempat ‘perlindungan’ bagi ‘pembunuh’ yang tidak sengaja telah menyebabkan orang lain tewas! Dan sebagai yang memilikinya adalah keturunan imam Harun (Yos 21:13, 1-6)! Imam-imam wajib melindungi ‘pembunuh’ seperti itu, sampai imam besar waktu itu meninggal, maka ‘pembunuh’ itu baru diperbolehkan pulang di tengah keluarga tanpa takut diancam (maut) lagi oleh keluarga penuntut darah! Para imam zaman sekarang (d.h.i adalah kaum muda) harus (sudah) menyiapkan ‘wadah’ hati yang berbelas kasihan dan mau melinduingi suadara kita yang tidak sengaja telah ‘melukai’ hati sesama dengan tutur katanya atau lainnya (bnd. Ams 12:18a). Sebab tugas seorang imam adalah membawa perdamaian dan persekutuan. Jangan sampai imam dengan imam justru saling menelan, maka akan hancur sama-sama (Gal 5:13-15)! Kini Imam Besar kita itulah Yesus sudah mati dan membebaskan kita (yang percaya kepada korban-Nya) dari tuduhan si jahat (Rom 8:33-34 Ibr 9:14 Why 12:10-11). Artinya kalau kita percaya akan korban Kristus maka hati nurani kita dibebaskan dari tuduhan. Kalau kita meragukan kuasa korban Kristus di atas salib, maka yang terjadi adalah seringkali perasaan tertuduh masih mengganggu dan menghantui hati pikiran kita; tetapi kalau kita sepenuhnya percaya bahwa Yesus, Imam Besar sudah berkorban untuk membebaskan kita, maka kita betul-betul dibebaskan dari perasaan tertuduh dan tidak perlu malu lagi kalau pun ada orang yang mengungkit-ungkit masa silam kita yang kelam, karena kita sudah lebih dahulu masuk dalam perlindungan ‘Hebron’ – persekutuan dengan Yesus, Imam Besar kita. Haleluya!



Hebron tempat Daud di lantik menjadi raja (2 Sam. 2:1-4; 5:1-5)

Dari Hebronlah Abraham mengawali segala aspek kehidupan pribadi, nikah, rumah tangganya dan kariernya. Yang pada akhirnya Daud, salah satu dari keturunannya diurapi dan dilantik di Hebron menjadi Raja. Dan salah satu keturunan Daud adalah Yesus, Raja segala raja kita! Yesus tidak perlu dilantik sebagai Raja di Hebron yang di Palestina, karena Yesus adalah Raja segala raja, Anak Allah yang hidup, Allah sendiri. Allah Bapalah yang mengangkat-Nya dan melantik-Nya sebagai Raja di atas segala raja, setelah melalui pengorbanan diri-Nya (Flp. 2:5-11 Ibr. 1:1-4, 8-14)

Tegakkan persahabatan diantara kalian, siapkan diri, jangan berbicara hal yang menyakitkan tetapi berbicaralah persahabatan, itulah ciri Raja Damai, Raja segala raja, Tuhan Yesus Kristus. Dia Raja Damai, berarti tidak mau ada peperangan antar sesama manusia, jika ‘perang’ hanya berperang melawan dosa, dunia dan semu daya Iblis! Tetapi resikonya Raja Damai itu harus menanggung siksaan dan kematian di atas salib. Itu sebabnya sewaktu Pilatus menanyakan apakah Yesus Raja? Yesus menjawab bahwa untuk itulah la lahir, tetapi kerajaanNya bukan dari bumi ini tetapi dari Sorga. Allah itu sumber damai dan persekutuan (makna Allah Trinitas!), oleh karenanya Sorga itu damai, ada persekutuan yang indah, persahabatan yang menyatu. Kalau kita mau menjadi warga kerajaan Sorga, tinggallah di ‘Hebron’, buktikan di bumi ini kita tidak suka berkelahi, tidak suka menyalahkan orang lain, tidak suka menjelekkan orang lain, sebaliknya kita suka berdamai satu dengan yang lainnya.

Minyak tercurah ke kepala Harun, imam‑imam. Kalau kita suka persahabatan maka urapan (yang benar) itu ada. Seringkali kita tidak bisa menyembah karena kita tidak bersahabat dengan Tuhan, ada perkelahian dan tidak senang satu sama lain. Saat ini kita tidak mau kehilangan urapan. Biarlah kita bersyukur dan mengagungkan Tuhan yang sangat memperhatikan kehidupan muda mudi yang walaupun ditandai dengan banyak kelemahan, emosi meledak di sana sini tanpa kesabaran dan pertimbangan. Namun Tuhan sudah memberikan kita satu pengharapan dengan adanya Yesus sebagai Imam Besar yang sudah berkurban dan mencurahkan seluruh hidup-Nya bagi kita. Biarlah selalu kita dalam posisi telah ambil satu keputusan ? miliki dan tinggal di dalam Hebron! Kita berdoa terlebih dahulu kepada Bapa. Biarlah Roh Pendamaian itu dicurahkan dan tetap ada di dalam hati kita. Kita tidak perlu takut dan gemetar sebab telah berdamai dengan Allah.



Amin!