14.50

Murid Kasih Karunia - Jonathan Pattiasina

“Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya bagi kita untuk membebaskan kita dari segala kejahatan dan untuk menguduskan bagi diri-Nya suatu umat, kepunyaan-Nya sendiri, yang rajin berbuat baik.” Titus 2: 11-14

Salah satu penghambat pertumbuhan orang percaya adalah pandangan yang keliru akan kasih karunia. Banyak yang mengira bahwa kasih karunia memberikan kita kebebasan dan berbuat semau kita. Itu adalah suata pandangan yang salah. Walaupun kasih karunia itu mengampuni dosa, tetapi kasih karunia bukanlah ijin bagi kita untuk berbuat bebas, dan berbuat dosa.

Kasih karunia menurut perjanjian lama adalah suatu gambaran di mana seorang yang kuat membungkukkan dirinya dan turun kebawah untuk mengangkat orang ke atas sejajar dengannya. Dan tujuan dari orang percaya adalah supaya menjadi serupa dengan Yesus.

Dan menurut perjanjian baru, kasih karunia adalah kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita supaya sanggup melakukan hal-hal yang tidak mungkin dilakukan dengan kemampuan kita sendiri.

Ketahuilah bahwa kita perlu kasih karunia-Nya, sebab kehidupan keKristenan itu bukanlah hal gampang maupun susah, tetapi hal yang mustahil tanpa kasih karunia.

Hidup di dalam kasih karunia adalah hidup di dalam didikan Tuhan. Inilah tujuan dari kasih karunia. Dan kasih karunia tersedia bagi setiap kita (ayat ke-11).

Untuk apa Tuhan mendidik kita?

1. Supaya kita meninggalkan kefasikan.
Apakah kefasikan itu? Fasik tidaklah sama dengan kafir. Orang kafir adalah orang yang tidak mengetahui kebenaran, tetapi orang fasik adalah mereka yang sudah tahu kebenaran tetapi tetap menolak melakukannya.

Orang yang fasik adalah orang yang gagal menghidupkan firman Tuhan di dalam kehidupan sehari-hari.

2. Supaya kita meninggalkan keinginan-keinginan duniawi.
Wajar dan normal bagi manusia untuk memiliki keinginan. Sebab keinginan kita itu bisa juga baik dan memberikan kita gairah untuk melakukan sesuatu. Namun kadang kala kita terlalu memaksakan keinginan kita dan mementingkan keinginan kita lebih dari kehendak Tuhan.

“Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.” (1 Yohanes 2: 17)
3. Supaya kita dapat hidup penuh hikmat.
Hidup penuh hikmat adalah hidup yang penuh kebijaksanaan, keadilaan dan ibadah.

Orang bisa saja sangat pintar namun tidak punya hikmat. Hikmat dapat memberikan kita cara hidup yang benar.

“Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.” (Yakobus 3: 17)

Sewaktu Salomo ditawarkan Tuhan mau meminta apa, dia minta hikmat; dan Tuhan berikan itu kepadanya. Bukan hanya hikmat yang Tuhan berikan, tetapi ada bonus lainnya yang Tuhan berikan, yaitu segala kekayaan materi.

Kekayaan dan harta benda adalah bonus! Namun sering kali kita berdoa meminta bonus itu kepada Tuhan. Apakah itu bonus?

Jikalau kita beli mobil, lalu dapat gelas atau payung, itulah bonus. Bukannya kita minta mobil, tetapi kita meminta payung kepada Tuhan, meminta bonus.

Kita perlu hikmat dari Tuhan. Dan takut akan Tuhan adalah awal dari segala hikmat. (Amsal 1:7; 9:10; 15:33)