13.23

MENGATASI KEGAGALAN

Di dalam kehidupan ini setiap kita tidak lepas dengan yang namanya kegagalan, sebab Alkitab berkata bahwa pada dasarnya setiap orang telah jatuh ke dalam dosa, karena itu Tuhan mengijinkan kelemahan ada pada kita, supaya suatu saat ketika kita gagal kita kembali kepada Tuhan. Dalam Injil Lukas 5:1-11 yang menulis tentang Simon yang gagal ketika menangkap ikan di danau Genesaret.


Kita akan belajar dari kehidupan Simon Petrus, bagaimana ia mengatasi kegagalan dalam hidupnya dan bagaimana kita juga dapat mengatasi kegagalan kita:



I. Alasan mengapa manusia mengalami kegagalan.

Ada 4 faktor alami yang menyebabkan kegagalan manusia.

Salah memilih tempat misalnya dalam berbisnis, sekolah yang tidak tepat, maka kegagalan akan terjadi.
Salah teknis, jika kita menempatkan orang-orang yang salah dan tidak konsisten, maka dapat dipastikan yang kita inginkan tidak tercapai.
Salah waktu, setiap orang memiliki waktu yang cocok bagi dirinya sendiri sehingga mereka dapat berhasil jika melakukan sesuai dengan waktu yang tepat baginya.
Kurang tekun, sebab dalam segala sesuatu yang akan kita capai ada tahap-tahap yang harus kita lalui dan semuanya membutuhkan ketekunan.


Apakah Simon yang telah kita baca kisahnya dalam Lukas 5 mengalami ke-4 faktor tersebut di atas? Tidak! Sebab Simon berada di tempat yang tepat, yaitu mencari ikan di danau. Ia juga melakukan teknis yang benar dengan menggunakan jala, (ay. 2) serta berada dalam waktu yang benar yaitu malam hari (ay. 5), dan ia melakukannya dengan tekun (mencari semalam-malaman). Kegagalannya mungkin karena faktor X yaitu faktor yang tidak terduga dan di luar perencanaan kita. Hal itu dikatakan dalam Pengkotbah 7:14, "Pada hari mujur bergembiralah ... bahwa hari malang inipun dijadikan Allah seperti juga hari mujur, supaya manusia tidak dapat menemukan sesuatu mengenai masa depannya." Jadi memang dalam hidup ini ada hari malang, tetapi tujuannya supaya kita bergantung pada Tuhan. Hal yang sama dikatakan juga dalam Pengkotbah 11:5 dan Pengkotbah 9:11-12. Jadi dalam hidup ini kita harus menyadari bahwa akan ada keadaan yang sulit terjadi. Apakah kita bergantung pada Tuhan dalam segala keadaan? Hari-hari yang malang akan membuat kita lebih dekat dengan Tuhan, karena itu kita harus menerima setiap kenyataan yang ada di dalam kehidupan kita, sebab bagi orang benar, segala yang buruk dapat menjadi kebaikan, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.



II. Bagaimana kita menyikapi kegagalan?



Mengakui kesalahan kita (ay. 5) Petrus mengakui bahwa ia telah semalam-malaman mencari ikan tetapi tidak mendapatkan apa-apa. Kitab Mazmur 56:1-14 juga mengajarkan kita tentang kehidupan Daud, seorang yang tulus hatinya untuk mengakui kesalahannya pada Tuhan dan sebagai manusia Daud juga menangisi kesengsaraannya itu, mungkin kita juga sedang menangisi kegagalan kita, namun belajarlah dari Daud seorang yang memiliki iman bahwa Tuhan dapat merubah keadaannya supaya nama-Nya dimuliakan.
Meminta nasehat dari Yesus, itulah yang dilakukan Petrus (ay. 4-5 ), sekalipun Simon Petrus seorang nelayan yang handal, dan Yesus adalah tukang kayu tetapi Petrus melakukan apa yang dinasehatkan Yesus, hal ini berbicara pada kita tentang tunduk pada otoritas, sebab kunci dari kesuksesan adalah ketaatan kepada otoritas, siapapun otoritas kita taat adalah hal yang diminta oleh Tuhan.
Mencobanya bersama Yesus (ay. 6); dibutuhkan ketekunan untuk mencapai keberhasilan. Simon Petrus mencoba lagi menebarkan jalanya tetapi ia melakukannya bersama Yesus dan ia berhasil.
Keberhasilan kita adalah mujizat yang Tuhan berikan; meskipun apa yang Yesus perintahkan adalah hal yang mungkin dianggap tidak masuk akal manusia, tetapi ketika dilakukan akan menghasilkan mujizat (ay. 7).


III. Bagaimana sikap kita menghadapi keberhasilan?

Semakin mendekat kepada Yesus; ayat 8, "... ia pun tersungkur di depan kaki Yesus ..." Ketika jalanya penuh dengan ikan, Simon menyadari keberadaannya sebagai orang berdosa, ketika keberhasilan Tuhan berikan, maka sikap kita yang benar adalah semakin mengasihi Yesus dan melayani Dia dengan segenap kekuatan kita. Banyak orang Kristen ketika hidupnya diberkati maka Tuhan tidak lagi menjadi yang terutama dalam hidupnya, mari kita periksa hidup kita, apakah dalam segala keadaan kita tetap tersungkur di kaki Yesus?
Menjadi murah hati (ay. 7); jika kita memperhatikan orang yang lemah, maka kita sedang memiutangi Tuhan seperti yang dikatakan kitab Amsal, Firman Tuhan mengajar agar kita memperhatikan para janda dan orang-orang miskin agar melewati kita mereka juga merasakan berkat dan kebaikan Tuhan.
Tidak terikat kepada materi (Luk. 5:10), kitab Kisah Para Rasul ditulis oleh dokter Lukas, karena ia memiliki hati misi, untuk mengerti bagaimana Tuhan berkarya dalam kehidupan hamba-hamba-Nya. Kadangkala Tuhan memakai lembah kekelaman sebagai cara untuk menjadikan kita seorang yang rohani, sebab di balik kegagalan dan penderitaan dari kehidupan orang benar, akan terbit fajar dan sukacita yang berlimpah. Tetaplah hidup di dalam kebenaran dan tetaplah mengikuti jalan-jalan Tuhan, maka kita tidak akan menjadi orang yang takut kepada masalah dan kegagalan, karena Tuhan Yesus Kristus lebih besar dari masalah dan kegagalan kita. Amin.